Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku pasar menanti transisi pemerintahan di bawah kepemimpinan presiden baru, yang akan dilantik pada 20 Oktober 2024. Bersamaan dengan itu, tensi politik juga masih menghangat menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak November mendatang.
Salah satu pengantar untuk transisi pemerintahan baru adalah Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2025. Pemerintah resmi menyampaikan nota keuangan RAPBN 2025 bersamaan dengan peringatan hari ulang tahun ke-79 Republik Indonesia, akhir pekan lalu.
Dalam RAPBN 2025 tersebut, pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,2% dengan tingkat inflasi 2,5%. Penerimaan negara diperkirakan mencapai Rp 2.996,9 triliun, dengan belanja negara sebesar Rp 3.613,1 triliun.
Baca Juga: Membaca Arah IHSG dan Saham Unggulan Analis Merespons RAPBN 2025
Pada periode yang sama, estimasi defisit anggaran sekitar 2,53% dari Gross Domestic Product (GDP). Sementara itu, asumsi nilai tukar rupiah dalam RAPBN 2025 sebesar Rp 16.100 per dolar Amerika Serikat (AS).
Beberapa poin yang menarik perhatian adalah anggaran pendidikan yang melonjak menjadi Rp 722,6 triliun, terdongkrak oleh program Makan Bergizi Gratis sebesar Rp 71 triliun. Sedangkan anggaran pembangunan infrastruktur menyusut sekitar 5,3% menjadi Rp 400,3 triliun.
Head of Institutional Research Sinarmas Sekuritas Isfhan Helmy mengamati pelaku pasar cenderung merespons positif RAPBN 2025, setidaknya dalam jangka pendek sebagai bagian dari kelancaran transisi pemerintahan Presiden Joko Widodo ke Prabowo Subianto. Fokus berikutnya, pelaku pasar menanti kejelasan komposisi kabinet baru.
Ada harapan porsi tenaga profesional masih cukup besar untuk mengisi pos kementerian penting. Transisi pemerintahan ini akan menjadi sentimen penting bagi pasar saham, yang akan turut memengaruhi arah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Jika kementerian baru di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo memenuhi ekspektasi pasar, dan kondisi makro tetap baik, maka IHSG dapat berada pada kisaran target tertinggi kami pada akhir tahun," ungkap Isfhan kepada Kontan.co.id, Minggu (18/8).
Adapun, Sinarmas Sekuritas menaksir IHSG bisa menembus level 7.500 - 7.900 pada tahun ini. Soal pergerakan IHSG, pada perdagangan 12 Agustus - 16 Agustus terjadi lonjakan setinggi 2,41% dalam sepekan.
IHSG menembus level tertinggi baru (all time high) pada area 7.460,38. Saat ini, IHSG sedang parkir di posisi 7.432,09 usai menguat 0,30% pada perdagangan akhir pekan, Jumat (16/8).
Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi memproyeksikan IHSG bisa melaju ke level 7.676 sampai tutup tahun 2024. Proyeksi ini mempertimbangkan kondisi makro ekonomi, kebijakan moneter dan potensi rotasi aset investasi pada semester II-2024.
Audi menyoroti beberapa data asumsi makro ekonomi pada RAPBN 2025 berada pada level yang optimistis, di tengah ketidakpastian global yang masih membayangi. Audi pun sepakat, pelaku pasar masih menantikan bagaimana arah kebijakan Presiden baru.
Baca Juga: Pasar Menanti Pidato Ketua The Fed, Simak Proyeksi IHSG Hari ini
Meski masih ada sikap wait and see, Audi memperkirakan arus dana dari investor asing (capital inflow) masih mengalir pada paruh kedua tahun ini. "Arus inflow disebabkan perubahan kebijakan moneter bank sentral global, terlebih didorong juga dengan stabilitas ekonomi dalam negeri," ungkap Audi.
Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih memperkirakan IHSG bisa menyentuh level resistance 7.700 pada akhir tahun 2024. Dia menaksir akselerasi IHSG bisa berlanjut, dengan ditopang oleh sentimen domestik dan global yang cenderung lebih positif.
Catatan Ratih, para investor masih harus memperhatikan risiko dari faktor politis. Dari dalam negeri, pelaku pasar menantikan komposisi kabinet dalam pemerintahan baru serta sentimen Pilkada Serentak.
Dari geopolitik global, pemilihan presiden AS turut menjadi perhatian pelaku pasar. Selain faktor politis, sentimen signifikan lain yang akan memengaruhi pergerakan pasar saham adalah arah suku bunga acuan dari bank sentral.
Terdekat, ada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang dijadwalkan berlangsung pada 20 Agustus - 21 Agustus 2024. Ratih memproyeksikan BI-Rate akan tetap bertahan pada level 6,25%. "BI akan menunggu langkah pasti The Fed untuk memangkas suku bunga," ungkap Ratih.
Ratih memproyeksikan IHSG masih dapat bergerak menguat dalam rentang support 7.350 dan resistance 7.500 pada pekan ini. Sedangkan CEO Pinnacle Persada Investama Guntur Putra menaksir IHSG akan bergerak pada rentang 7.300 - 7.500 hingga akhir bulan ini.
Pasca nota keuangan RABN 2025, Guntur melihat sentimen pasar masih cenderung positif. Terutama dengan komitmen pemerintah untuk melanjutkan hilirisasi dan stabilitas ekonomi.
"Namun, mengingat tahun politik masih berlangsung, pelaku pasar kemungkinan akan tetap berhati-hati dan cenderung wait and see menjelang pergantian presiden pada Oktober serta Pilkada Serentak di November," ujar Guntur.
Direktur Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada juga melihat IHSG berpotensi menuju resistance 7.500. Hanya saja, Reza mengingatkan setelah IHSG menyentuh level all time high, biasanya akan diikuti dengan aksi profit taking.
Baca Juga: Setelah Pembacaan RAPBN dan Nota Keuangan, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini
Dus, jika sentimen tidak mendukung, maka IHSG berpeluang mengalami koreksi teknikal pada support 7.277 - 7.367. Reza menaksir RDG BI belum memberikan perubahan yang signifikan, sehingga tidak banyak direspons oleh pasar.
Secara bersamaan, Reza melihat respons terhadap nota keuangan RAPBN 2025 juga tidak signifikan. "Pelaku pasar lebih menantikan kebijakan riil-nya seperti apa? Misalnya bagaimana menjaga nilai tukar rupiah, kebijakan apa yang akan dikeluarkan," terang Reza.
Namun, pelaku pasar berpeluang mencermati beberapa sektor yang cenderung terpengaruh oleh RAPBN 2025. Contohnya penurunan alokasi infrastruktur bisa saja membawa sentimen negatif bagi sektor infrastruktur, khususnya untuk BUMN Karya.
"Ini yang ke depannya menjadi tantangan bagi BUMN Karya untuk tetap bisa survive dan sustain. Tapi posisi pasar juga masih menunggu kepastian dari pemerintahan baru," kata Reza.
Di sisi lain, prioritas dalam RAPBN 2025 seperti hilirisasi pertambangan, kesehatan dan peningkatan daya beli, berpotensi membawa sentimen positif pada sektor terkait. Sedangkan Isfhan menyarankan untuk memanfaatkan momentum pasar jangka pendek dengan mengakumulasi saham blue chip yang valuasinya sudah murah.
Saham pilihannya adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT Astra International Tbk (ASII), dengan target harga Rp 3.900 dan Rp 5.450. Saham lain yang layak dicermati adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dengan target harga Rp 8.600.
Baca Juga: Emiten Ritel Ini Diproyeksi Bukukan Kinerja Apik di 2024, Cek Rekomendasi Analis
Audi menyematkan rekomendasi trading buy untuk saham-saham yang berpotensi menguat, yakni TLKM, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Target harga masing-masing berada di level Rp 3.270, Rp 3.430 dan Rp 168.
Sedangkan Ratih menyodorkan trading plan dengan rekomendasi buy saham TLKM, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Target harga masing-masing berada di area resistance Rp 3.120, Rp 5.100, Rp 1.700 dan Rp 1.560 per saham.
Sementara itu, Guntur menyarankan para investor melakukan diversifikasi portofolio, untuk mengurangi risiko di tengah sentimen global dan domestik yang bergerak dinamis. Saran Guntur, cermati saham di sektor defensif serta yang diuntungkan dari berlanjutnya kebijakan hilirisasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News