kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IHSG bisa terbang menuju 7.250 pada tahun depan


Rabu, 16 Desember 2020 / 19:08 WIB
IHSG bisa terbang menuju 7.250 pada tahun depan
ILUSTRASI. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bakal rebound tahun depan.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah pontang-panting terkena berbagai sentimen negatif tahun ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bakal rebound tahun depan. Berbagai sentimen baik dalam maupun luar negeri akan memuluskan langkah IHSG tahun depan.

Aria Santoso, Presiden Direktur CSA Institute mengatakan, sentimen yang mendorong kenaikan IHSG tahun depan berasal dari pemulihan bisnis di berbagai bidang karena meredanya penularan Covid-19  seiring  dengan ketersediaan vaksin. Hal ini mendorong pertumbuhan bisnis baru dengan adanya protokol kesehatan dan era adaptasi baru.

Selain itu, dia menilai kenaikan harga komoditas tambang logam masih akan berlanjut dengan tren pengembangan energi hijau lewat  kendaraan listrik (electric vehicles). “Kelanjutan stimulus pemulihan pandemi juga masih akan menjadi faktor pendorong IHSG,” terang Aria kepada Kontan.co.id, Rabu (16/12).

Proyeksi Aria, tahun depan IHSG akan bertengger di kisaran 6.500. Ini berarti, IHSG hanya naik sekitar 400 poin dari penutupan hari ini. Aria menyebut ini merupakan proyeksi sementara di kondisi saat ini. “Nanti di tahun depan kami review lagi apakah pertumbuhan dari kinerja emiten bisa terbukti berjalan cukup baik di semester pertama,” sambung dia. Hal ini karena penerapan dari vaksin Covid-19 juga masih membutuhkan evaluasi terkait efektivitas dan distribusinya.

Baca Juga: IHSG diprediksi lanjut naik pada Kamis (17/12), simak sentimen pendorongnya

Sementara itu, Erik Argasetya, Chief Investment Officer Jagartha memasang target IHSG di kisaran 7.000–7.250 tahun depan. Adapun kunci pemulihan ini adalah pertumbuhan pendapatan perusahaan (EPS) sebesar 25% tahun depan setelah tahun ini EPS turun dalam (low base), yakni mencapai 30%-40%.

Selain itu, masuknya dana asing juga akan berdampak bagi IHSG. Meskipun saat ini investor ritel terus tumbuh, hemat Erik, pasar modal tanah air akan berat jika tidak dibantu campur tangan dana asing. “Pasar modal pasti butuh dana investor institusi atau dana asing,” terang Erik dalam acara bincang-bincang dengan media, Rabu (16/12).

Baca Juga: Indeks dolar melemah, rupiah punya harapan menguat

Hanya saja, di semester pertama 2021, Erik menilai periode tersebut merupakan masa yang cukup berisiko. Hal ini terkait dengan efektivitas dan khasiat vaksin yang masih belum diketahui. Sementara saat ini pasar hanya melihat dari sisi eksistensi dan distribusinya. Namun, bila ternyata vaksin tersebut memiliki khasiat, maka akan semakin memuluskan IHSG untuk bertengger di level 7.000–7.250 tahun depan.

Erik mengatakan sektor barang discretionary (barang sekunder) yang bersifat awet (durable goods) seperti motor dan mobil akan menarik tahun depan. Hal ini tercermin salah satunya dari mulai naiknya penjualan mobil. Tercatat, penjualan wholesales mobil domestik tumbuh 9,84% secara bulanan, dari semula 49.018 unit di bulan Oktober 2020 menjadi 53.844 unit di bulan November 2020.

Selain itu, sektor properti juga menarik seiring dengan era suku bunga rendah. Dalam hal ini, emiten sektor properti perumahan (residensial) yang lebih diuntungkan. Sementara segmen property komersil seperti mall dan perkantoran masih cukup berat seiring anjuran bekerja dari rumah atau work from home (WFH).

Tahun depan, Erik memproyeksi suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) berada di rentang 3,50%-3,75%. BI diharapkan dapat mempertahankan tingkat suku bunga dengan untuk mendorong perekonomian dan meringankan beban kredit untuk bisnis.

Baca Juga: IHSG berpeluang melanjutkan kenaikan pada Kamis (17/12), cermati saham-saham berikut

Ditambah, bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve diproyeksikan akan menahan tingkat suku bunga yang rendah hingga beberapa tahun mendatang. Sehingga, era suku bunga rendah masih akan berlanjut ke depan.

Sektor pertambangan, khususnya tambang logam juga menarik dicermati, seiring dengan sentimen pengembangan kendaraan listrik. Terlebih, Presiden AS yang terpilih, yakni Joe Biden, memiliki program untuk mengembangkan energi alternatif salah satunya lewat kendaraan listrik.

Baca Juga: Isu PSBB ketat kembali mencuat, bagaimana dampaknya ke IHSG?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×