Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan alias IHSG hari ini berpotensi tertekan. IHSG pada akhir pekan lalu (11/12) ditutup naik tipis 0,08% ke level 5.938,33
Menurut Lanjar Nafi Analis Reliance Sekuritas, IHSG hari ini secara teknikal bergerak terkonsolidasi negatif seakan mengkonfirmasi pola 2 days reversal pattern dari candlestick yakni bearish engulfing. Indikator stochastic berada pada area overbought dengan MACD yang bergerak melandai.
Baca Juga: Arah IHSG akan dipengaruhi hasil FOMC meeting dan RDG Bank Indonesia
Sehingga secara teknikal, Lanjar mengatakan, IHSG hari ini berpotensi kembali mendapat tekanan dengan potensi pergerakan support resistance 5.898-5.954. Rekomendasi saham secara teknikal Lanjar diantaranya; CPIN, ICBP, INDF, TLKM, UNVR.
Pada Jumat (11/12), IHSG naik tipis 4,63 poin ke level 5.938,33. Dimana saham yang penghambat IHSG pada akhir pekan lalu adalah saham sektor sonsumsi yang turun 2,6%.
Sedangkan saham sektor pertanian naik 2,10% dan mampu menahan pelemahan IHSG hingga akhir sesi perdagangan. Saham-saham produsen rokok kembali diterpa akhir jual investor dimana saham HMSP turun 6,9% dan GGRM melemah 6,6%.
Baca Juga: IHSG rentan terkoreksi pada perdagangan Senin (14/12)
Penurunan harga saham rokok terjadi setelah pemerintah memutuskan menaikkan cukai rokok hingga 12,5% di tahun depan. Selain itu saham-saham produsen vaksin seperti KAEF turun 6,9% dan INAF terkoreksi 6,8% setelah optimisme pada perdagangan sebelumnya.
Investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 1,31 triliun di akhir pekan dengan saham BBRI, HMSP dan GGRM yang menjadi top net sell value.
Indeks saham Asia ditutup bervariasi pada akhir pekan. Indeks Nikkei turun 0,39% dan CSI300 turun 1,03% sedangkan indeks TOPIX menguat 0,33% dan Hang Seng menguat 0,36%. Kebuntuan rencana penyaluran stimulus dan kekhawatiran pembatasan sosial yang lebih ketat karena kasus covid-19 mulai mewarnai pergerakan pasar saham di seluruh dunia.
Bursa Eropa menutup pekan ini dengan melemah lebih dari sepersen mengiringi penurunan poundsterling. Indeks Eurostoxx (-1,04%), FTSE (-0,80%) dan DAX (-1,36%). Ini terjadi setelah Perdana Mentri Boris Johnson dan Presiden Komisi Eropa memperingatkan bahwa Brexit yang akan segera terjadi pada tanggal 31 Desember 2020.
Baca Juga: Meski menarik, pertumbuhan kinerja reksadana pendapatan tetap bakal terbatas di 2021
Boris menyebut brexit akan keluar tanpa kesepakatan jika tidak mencapai kesepakatan sebelum awal pekan. Euro turun 0,2% menjadi US$ 1,2115. Poundsterling Inggris turun 0,5% menjadi US$ 1,3222.
Sementara itu, bursa Wallstreet mayoritas ditutup mayoritas melemah namun seakan bergerak memangkas kerugian diakhir pekan. S&P500 (-0.13%), NASDAQ (-0.23%) dan NYSE (-0.27%) sedangkan DJIA (+0.16%) mampu berbalik naik. Anggota parlemen meloloskan anggaran belanja negara sementara untuk mencegah federal-government shutdown.
AS juga dinilai siap untuk mengatasi 300.000 kematian akibat Covid-19 dalam minggu depan. Ini menjadi sebuah tanda dari parahnya pandemi Covid yang belum pernah terjadi sebelumnya. Saat negara-negara bagian mempersiapkan vaksinasi pertama mereka.
Baca Juga: IHSG Sepekan ke Depan Masih Akan Menguji 6.000, Cermati Saham Berikut Ini
Selanjutnya, investor akan menanti data neraca perdagangan Indonesia beserta komposisi ekspor dan import yang akan rilis pada hari Selasa. Tak hanya itu, Lanjar menyebut, pelaku pasar menanti keputusan Bank Indonesia pada BI7DRR pada Kamis. Tak hanya itu, pelaku pasar juga akan menanti sederet data ekonomi menjelang akhir tahun di dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News