kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.205   64,04   0,90%
  • KOMPAS100 1.107   12,22   1,12%
  • LQ45 878   12,25   1,41%
  • ISSI 221   1,22   0,55%
  • IDX30 449   6,60   1,49%
  • IDXHIDIV20 540   5,96   1,12%
  • IDX80 127   1,50   1,19%
  • IDXV30 135   0,68   0,51%
  • IDXQ30 149   1,81   1,23%

Meski menarik, pertumbuhan kinerja reksadana pendapatan tetap bakal terbatas di 2021


Minggu, 13 Desember 2020 / 18:10 WIB
Meski menarik, pertumbuhan kinerja reksadana pendapatan tetap bakal terbatas di 2021
ILUSTRASI. Suku bunga yang turun dan harga obligasi yang sudah tinggi diprediksi bakal menahan pertumbuhan kinerja reksadana pendapatan tetap.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren suku bunga yang turun dan harga obligasi yang sudah tinggi diprediksi bakal menahan pertumbuhan kinerja reksadana pendapatan tetap di tahun depan. Meskipun begitu, kinerja instrumen investasi berbasis obligasi tersebut masih menarik dilirik tahun depan, dengan potensi imbal hasil hingga 8% per tahun.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, dalam kondisi suku bunga rendah saat ini, kemungkinan bunga masih belum akan naik sampai 2 tahun-3 tahun ke depan. "Maka, risiko penurunan harga juga akan relatif kecil," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (13/12).

Meskipun masih menarik, Rudiyanto mengingatkan, kenaikan harga obligasi saat ini sudah cukup tinggi. Di sisi lain, perkiraan nilai wajar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun 2021 diprediksi sekitar level 6.700, direvisi dari perkiraan sebelumnya yang hanya 6.300 hingga 6.500.

"Jika berjalan sesuai skenario, bisa jadi potensi reksadana saham lebih besar (tahun depan), meskipun secara volatilitas juga lebih tinggi," tambahnya.

Baca Juga: AUM reksadana ETF kian tumbuh subur, ini alasannya

Sementara itu, rencana kenaikan pajak investasi obligasi di reksadana yang bakal naik menjadi 10% di tahun depan, menurut Rudiyanto, dampaknya akan lebih banyak dirasakan oleh reksadana terproteksi. Sedangkan untuk reksadana pendapatan tetap yang dikelola aktif dan memiliki potensi kenaikan harga, dampaknya cenderung terbatas, baik secara rill atas kupon dan capital gain.

Rudiyanto memandang, peluang pertumbuhan kinerja reksadana pendapatan tetap cenderung terbatas atau berada di kisaran 5%-8% di tahun depan. Tantangan yang mungkin dihadapi tahun depan seperti inflasi meningkat di luar perkiraan semisal berada di atas 4%, kurs nilai tukar yang melemah signifikan, atau kebijakan pemerintah dan bank sentral terkait utang bakal direspons negatif oleh pasar.

"Hanya saja, dalam kondisi pemulihan ekonomi terkait Covid-19, tetap ada (peluang naik) walau kecil. Sebab, pemerintah dan bank sentral berkepentingan untuk menjaga yield tetap rendah," ujar Rudiyanto.

Dia juga menekankan, selama suku bunga rendah atau tidak naik, maka potensi return tetap ada. Prediksi dia, yield surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun akan bergerak di rentang 5,8% hingga 6% di tahun depan.

Adapun strategi yang dilakukan Panin Asset Management dalam mengelola produk reksadana pendapatan tetap di tahun depan, yakni dengan mengombinasikan antara obligasi pemerintah bertenor panjang. Upaya itu dilakukan untuk memaksimalkan potensi capital gain dan obligasi jangka panjang seperti milik korporasi, untuk menstabilkan tingkat return.

Selanjutnya: Manajer investasi dan investor makin melirik reksadana ETF

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×