Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 1,70% ke level 7.469 pada akhir perdagangan Rabu (23/5).
Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis Tambolang menilai, penguatan ini berkat kesepakatan tarif impor produk Jepang ke Amerika Serikat (AS) yang berhasil ditekan menjadi 15%.
Setelah mencapai kesepakatan dengan Jepang ini, AS kata Alrich akan melakukan negosiasi lanjutan dengan Uni Eropa dan menimbulkan harapan para investor akan de-eskalasi perang dagang.
Baca Juga: IHSG Ditutup Menguat, Berikut Saham yang Bisa Dicermati Kamis (24/7)
“De-eskalasi perang dagang menjadi faktor positif, seiring dengan berkurangnya kecemasan akan meningkatnya laju inflasi di AS serta harapan akan penurunan suku bunga The Fed (bank sentral AS) pada tahun ini,” ujar Alrich saat dihubungi Kontan, Rabu (23/7).
Analis Investindo Nusantara Sekuritas, Pandhu Dewanto juga sepakat. Selain itu, dia juga melihat saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) sebagai pendorong IHSG hari ini. Pasalnya, saham konglomerat Toto Sugiri ini melonjak 19,99% ke harga Rp 346.725 dari Rp 288.950 usai pembukaan suspensinya oleh BEI.
Tak cuma itu, penguatan saham-saham di sektor properti juga turut membopong IHSG dengan PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) sebagai pemimpinnya. Tercatat, saham PANI melesat 10,78% ke harga Rp 16.700 dari dibuka sebesar Rp 15.075.
“Sektor bahan baku juga mulai bergerak signifikan, memberikan kesan berlangsungnya rotasi sektor pada IHSG setelah selama ini banyak ditopang oleh saham-saham dari konglomerasi, terutama grup Prajogo Pangestu,” terang Pandhu.
Adapun secara teknikal, Alrich bilang beberapa indikator menunjukkan masih terbuka bagi IHSG untuk melanjutkan penguatan dan menguji level psikologis di 7.500 di perdagangan Kamis (23/7).
Tak jauh beda, Pandhu juga bilang IHSG masih akan berada dalam tren bullish dengan resistance di area 7.530.
Baca Juga: IHSG Melonjak 1,70% ke 7.469, ADMR, INKP dan ASII Top Gainers LQ45, Rabu (23/7)
Penguatan ini menurut Pandhu berpotensi menembus batas all time high jika rilis laporan kinerja emiten kuartal II 2025 memberikan hasil positif, terutama saham-saham sektor perbankan yang belakangan tengah terpuruk.
“Pasar akan benar-benar mencermati apakah perlambatan ekonomi tahun ini akan berdampak negatif pada kinerja perusahaan, dan apakah masih ada peluang untuk tumbuh pada tahun ini,” ujar Pandhu.
Alrich menambahkan, investor juga akan menantikan pertemuan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) pada hari Kamis (24/7) yang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan pada level 2,15%, di tengah potensi inflasi yang dapat meningkat serta kondisi ketidakpastian akibat tarif impor AS.
Dari Jerman, investor menurut Alrich akan mencermati HCOB Manufacturing Flash bulan Juli yang diperkirakan sedikit naik pada level 49,4 dari 49 di Juni 2025, meskipun masih di area kontraksi. Sedangkan dari Inggris akan dirilis indeks S&P Global Manufacturing PMI Flash bulan Juli 2025 yang diperkirakan sedikit naik di level 48 dari 47,7 di Juni 2025.
“Dari AS juga akan dirilis indeks S&P Global Manufacturing PMI Flash bulan Juli yang diperkirakan sedikit turun menjadi 52,5 dari 52,9 di Juni 2025,” prediksinya.
Untuk itu, Alrich merekomendasikan investor untuk mencermati saham PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), PT Panin Financial Tbk (PNLF), PT Semen Baturaja Tbk (SMBR),
PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).
Sementara itu, rekomendasi Pandhu jatuh pada PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dengan target harga Rp 910, PT Sentul City Tbk (BKSL) target harga Rp 136, dan PT Perdana Gapuraprima Tbk (GPRA) dengan target harga Rp 180 per saham.
Selanjutnya: Sambil Menantikan Kinerja Kuartal II 2025, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
Menarik Dibaca: Rayakan Hari Kebaya Nasional, PBN Bagi-Bagi Kebaya ke Penari Remaja Putri
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News