kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga timah masih berpeluang menguat


Selasa, 06 Desember 2016 / 09:00 WIB
Harga timah masih berpeluang menguat


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Gejolak referendum Italia yang memaksa Perdana Menteri Matteo Renzi mundur turut menggoyang harga timah. Pelaku pasar mencari aman di tengah ketidakpastian baru setelah referendum Italia.

Mengutip Bloomberg, harga timah kontrak pengiriman tiga bulan Senin (2/12) lalu di London Metal Exchange melemah 0,14% dibanding hari sebelumnya ke US$ 21.025 per metrik ton. Dalam sepekan, harga timah terkoreksi 0,48%.

Andri Hardianto, Research & Analyst Asia Tradepoint Futures, menuturkan, pelaku pasar saat ini sedang berhati-hati menyikapi hasil referendum Italia yang digelar Minggu (4/12). Pelaku pasar pun memilih mengurangi aset berisiko, termasuk timah.

"Adanya sentimen besar seperti referendum Italia ini membuat pelaku pasar mencari aman dengan melakukan profit taking," urai Andri kepada KONTAN, Senin (5/12).

Tapi ia melihat koreksi harga tak akan berlangsung lama. Membaiknya data manufaktur China ke level 51,7, yang adalah level tertinggi sejak Juli 2014, diyakini akan memberi sentimen positif bagi harga timah. Permintaan timah diharapkan kembali naik.

Namun hingga akhir tahun 2016, penguatan harga timah diperkirakan masih akan tersendat. Maklum saja, setelah sempat defisit pasokan, kini produksi timah mulai naik. Pasokan pun diprediksi bakal mulai bertambah.

Contoh, dari dalam negeri, PT Timah berusaha memperbaiki produksi. Perusahaan timah pelat merah ini akan menggenjot produksi 33% jadi 32.000 ton di 2017.

Sebelumnya pasokan timah Indonesia di bulan Oktober sempat melambat 16% ketika pemerintah memberlakukan peraturan larangan ekspor konsentrat. "Sekarang supply sudah mengimbangi demand," papar Andri.

Pengurangan pasokan hanya tinggal terjadi di Myanmar. Menurut International Tin Research Institute (ITRI), produksi timah Myanmar akan stagnan di 50.000 ton hingga akhir tahun ini.

Di samping itu, rencana kenaikan suku bunga The Fed turut mempengaruhi pergerakan harga komoditas. "Harga timah tertahan di kisaran US$ 22.000-US$ 22.500 per metrik ton," kata Andri.

Secara teknikal, Andri memaparkan, harga timah saat ini tengah bergerak di atas moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200. Indikator MACD juga berada di area positif dan indikator RSI berada di area netral. Sedangkan stochastic sudah berada di area overbought.

Selasa (6/12), Andri memprediksi harga timah akan kembali naik ke kisaran US$ 20.950-US$ 21.200 per metrik ton. Bahkan hingga akhir pekan, harga masih berpeluang menguat di rentang pergerakan US$ 20.900-US$ 21.270 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×