CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Dikelilingi sentimen positif, harga timah menanjak


Senin, 21 November 2016 / 19:58 WIB
Dikelilingi sentimen positif, harga timah menanjak


Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Meski harga timah belum mampu kembali ke level US$ 21.845 atau tertingginya sejak akhir 2014 lalu, namun laju kenaikan harga diprediksi belum akan terhenti hingga akhir tahun nanti. Penguatan USD pun dinilai belum akan mampu menjegal tren bullish harga timah.

Mengutip Bloomberg, Senin (21/11) pukul 14.45 WIB harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange melesat 2,12% di level US$ 20.630 per metric ton dibanding hari sebelumnya. Walau dalam sepekan terakhir, harga sudah tergerus 0,96%.

Andri Hardianto, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures mengatakan memang sejak akhir kuartal tiga harga timah sudah terus menanjak. Banyak faktor yang jadi pendukungnya, pertama, melambatnya produksi Myanmar. Padahal sejak ketatnya aturan ekspor timah Indonesia, Myanmar menjadi harapan pelaku pasar untuk memasok stok timah secara global.

Terbaru, International Tin Research Institute (ITRI) memperkirakan produksi timah Mianmar akan stagnan di level 50.000 ton hingga penutupan tahun 2016. Itu merupakan level maksimal produksi Myanmar. Terutama dengan mempertimbangkan kualitas produksi timah yang dihasilkan terus menurun akibat genjotan produksi yang masif. Tentunya ini akan menahan kenaikan produksi.

“Secara bersamaan, pasokan dari Indonesia terus mengempis,” kata Andri. Efeknya jelas, kekhawatiran pasar akan mengeringnya suplai timah secara global meningkat drastis. Keadaan ini memberikan celah bagi kenaikan harga berkelanjutan. Sebagai gambaran, ekspor timah Indonesia Oktober 2016 turun dari 7.743,87 ton menjadi 6.530,18 ton.

Terakhir, saat ini kondisi industri global sedang membaik. Harapan ini tertopang oleh kinclongnya data manufaktur Eropa, China hingga AS. Sehingga memberikan ekspektasi kenaikan permintaan masih akan terus berlangsung. Prediksi ITRI permintaan tahun ini akan naik 0,1% setelah pada tahun lalu turun 1,5%. Ini pula yang mengarahkan ITRI pada dugaan di akhir 2016, stok global timah hanya di sekitar 25.000 ton atau jauh di bawah stok timah 2009 yakni 65.000 ton.

Berkaca pada fundamental ini Andri mengarahkan prediksinya pada peluang kenaikan lanjutan harga timah baik untuk Selasa (22/11) hingga sepekan ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×