Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga tembaga melonjak pada Senin (9/12), mendekati level tertinggi dalam hampir satu bulan. Setelah China, sebagai konsumen utama logam, mengumumkan rencana langkah-langkah tambahan untuk mendukung ekonominya yang lesu.
Melansir Reuters, kontrak tembaga tiga bulan di London Metal Exchange (LME) naik 1% menjadi US$9.215 per ton dalam perdagangan resmi setelah menyentuh US$9.241, level tertinggi sejak 12 November.
Baca Juga: Harga Tembaga Naik Tipis, Pasar Menunggu Stimulus China
Di Amerika Serikat (AS), kontrak tembaga berjangka Comex meningkat 1,7% menjadi US$4,23 per pon.
Sebelum pengumuman dari Politbiro China yang menunjukkan perubahan kebijakan moneter menuju pelonggaran lebih lanjut, harga tembaga sempat melemah.
"Ini menunjukkan bahwa ekonomi China telah menghadapi tekanan dan membutuhkan dukungan tambahan. Pasar menyambut prospek ini dengan optimisme,"** ujar Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, Kopenhagen.
Namun, Hansen memperingatkan bahwa langkah konkret masih diperlukan untuk memahami dampaknya, terutama terkait kemungkinan tarif baru dari AS.
Presiden terpilih AS Donald Trump telah berjanji untuk memberlakukan tambahan tarif 10% pada impor dari China, sementara investor kecewa dengan kurangnya langkah stimulus fiskal yang agresif dari pihak China.
Baca Juga: Terdampak Pelemahan Ekonomi China, Kinerja Ekspor Indonesia Berpotensi Turun
Sebelumnya, pasar juga tertekan oleh data yang menunjukkan tekanan deflasi yang berlanjut di ekonomi China.
Di Shanghai Futures Exchange (SHFE), kontrak tembaga Januari yang paling banyak diperdagangkan naik 0,3% menjadi 74.740 yuan (US$10.269,30).
Di pasar logam lainnya, aluminium di LME melemah 0,3% menjadi US$2.596 per ton. Sementara nikel turun 0,6% menjadi $15.945 per ton.
Sebaliknya, seng mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 2% menjadi US$3.132,50 per ton, diikuti oleh timbal yang naik 0,9% menjadi US$2.091 per ton, dan timah yang meningkat 0,2% menjadi US$29.205 per ton.
Optimisme terhadap langkah-langkah China memberikan dorongan bagi pasar logam, meski tantangan global masih membayangi prospek ke depannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News