Reporter: Amailia Putri Hasniawati, KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Laba bersih PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) di kuartal III 2010 melesat 197,39% dibanding tahun lalu, yakni dari US$ 110,49 juta menjadi US$ 328,49 juta. Pemicunya, tak lain adalah kenaikan penjualan serta harga nikel.
Penjualan nikel perusahaan yang beraset US$ 2,26 miliar itu naik dari US$ 526,19 juta menjadi US$ 947,08 juta. INCO mendapatkan berkah dari melambungnya harga sejumlah komoditas, termasuk nikel.
Realisasi harga rata-rata nikel matte (mentah) INCO hingga September 2010 sebesar US$ 16.119 per metrik ton (MT), naik 55,27% dibanding tahun lalu, sebesar US$ 10.381 per MT. "Kami harapkan, harga rata-rata hingga akhir tahun minimal sama seperti saat ini," ujar Presiden dan Chief Executive Officer (CEO) INCO Tonny Wenas, Minggu (31/10).
Meski mengaku tak mematok target pasti, dengan performa produksi Juli-September 2010 yang sebesar 19.998 MT nikel mentah, Tonny memprediksi produksi nikel INCO hingga akhir tahun ini mencapai 77.900 metrik ton.
Untuk merealisasikan perkiraannya itu, Tonny mengaku, INCO telah mengajukan izin kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk melakukan eksploitasi baru di wilayah yang sudah menjadi konsesi mereka seluas 50.000 hektare (ha), di Sulawesi Selatan. Ia berharap, akhir tahun eksploitasi bisa dilakukan.
Menuju Rp 5.100
Pendongkrak laba bersih lainnya adalah lonjakan laba dari selisih kurs di kuartal III tahun ini, yang melejit 3.324%, dari US$ 262.000 menjadi US$ 8,97 juta.
Lonjakan laba bersih otomatis membuat kantong INCO kian tebal. Kas dan setara kas INCO per September 2010 mencapai US$ 502,72 juta, naik 196% dari
US$ 169,61 juta. Sebagian besar (97%), uang perusahaan diperoleh dari penambangan. INCO juga masih mengantongi saldo laba ditahan sebesar US$ 1,13 miliar. Dengan dana ini, INCO akan leluasa berekspansi.
Analis AM Capital Janson Nasrial berpendapat. INCO merupakan salah satu perusahaan tambang yang berprospek bagus. Ia menghitung, laba bersih hingga akhir tahun bisa mencapai US$ 370 juta-US$ 400 juta. "Harga rata-rata nikel matte hingga akhir tahun diperkirakan stabil di kisaran US$ 18.000 per ton," imbuhnya.
Ia pun merekomendasikan saham INCO untuk dikoleksi jangka menengah hingga tahun depan. Pada penutupan akhir pekan lalu, harga saham INCO turun 2,06% menjadi Rp 4.750 per saham. Janson memprediksi, hingga akhir tahun ini, harga saham INCO masih bisa merangkak ke Rp 5.100 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News