Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia turun pada perdagangan Selasa (21/11). Berdasarkan data tradingeconomics.com per pukul 15.24 WIB, harga minyak WTI terkoreksi 0,25% ke US$ 77,64 per barel dan minyak Brent turun 0,58% ke US$ 81,84 per barel.
Analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer mengatakan, penurunan ini dipicu oleh kekhawatiran terkait memburuknya permintaan minyak. Pasalnya, data minggu lalu menunjukkan peningkatan cadangan minyak Amerika Serikat (AS) berada di luar perkiraan.
Di sisi lain, produksi minyak tetap mendekati rekor tertinggi. Produsen minyak yang tergabung dalam OPEC, kecuali Arab Saudi dan Rusia, dikabarkan meningkatkan produksi dalam beberapa bulan terakhir.
Fischer menyampaikan, kondisi ekonomi yang lemah dari beberapa negara besar turut menambah kekhawatiran akan perlambatan permintaan minyak global dalam beberapa bulan mendatang. Hal ini menempatkan keputusan suku bunga China sebagai sorotan utama, mengingat status China sebagai negara importir minyak terbesar di dunia.
Baca Juga: Defisit Transaksi Berjalan RI Turun Jadi US$ 900 Juta di Kuartal III 2023
People's Bank of China (PBOC) diperkirakan akan mempertahankan loan prime rate di rekor terendah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
“Meskipun impor minyak China tetap stabil, ketidakpastian terkait kondisi ekonomi negara ini dan pembangunan persediaan minyak yang tinggi memicu keraguan terhadap kelangsungan permintaan minyak,” ucap Fischer dalam keterangan tertulisnya, Selasa (21/11).
Pertemuan OPEC pada 26 November 2023 menjadi fokus utama pasar khususnya terkait pemangkasan pasokan oleh Arab Saudi dan Rusia. Keputusan pemangkasan lebih lanjut akan menjadi titik krusial dalam mendukung harga minyak.
Pemangkasan pasokan sebelumnya telah menjadi pendorong utama harga minyak. Harga Brent hampir mencapai US$ 100 per barel awal tahun ini, meskipun kenaikan tersebut tidak bertahan lama.
Fischer melihat terdapat tanda-tanda positif yang menunjukkan kemungkinan kenaikan harga minyak dalam waktu dekat. Prediksinya mengindikasikan bahwa pergerakan harga minyak akan mengalami peningkatan, yang dapat berdampak pada kenaikan harga kebutuhan dan kecenderungan kenaikan biaya.
Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Pada Perdagangan Selasa (21/11) Pagi
Pemangkasan produksi oleh OPEC+ dan Rusia memiliki potensi untuk memperkuat kelangkaan minyak, yang selanjutnya dapat mendorong kenaikan harga. Kecenderungan ini dapat memberikan dampak signifikan pada harga kebutuhan sehari-hari, seperti bahan bakar kendaraan dan energi, serta memengaruhi biaya produksi di berbagai sektor ekonomi.
Selain itu, Fischer juga menyoroti ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah sebagai faktor tambahan yang dapat mempengaruhi pergerakan harga minyak. Konflik yang berlanjut di kawasan ini telah menciptakan ketidakstabilan yang berpotensi memengaruhi pasokan minyak global.
"Meskipun belum ada tanda-tanda penyelesaian keseluruhan konflik, ketidakpastian ini dapat menjadi dorongan tambahan bagi kenaikan harga minyak," kata Fischer.
Dengan adanya faktor-faktor ini, Fischer berpendapat bahwa pasar minyak akan mengalami perubahan yang signifikan dalam beberapa waktu ke depan. Sentimennya berasal dari ketidakpastian terkait permintaan global, kebijakan suku bunga China, dan harapan pemangkasan pasokan OPEC.
Para pelaku pasar diharapkan cermat memantau perkembangan ini untuk memahami arah pergerakan harga minyak dalam beberapa waktu ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News