Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak melanjutkan penurunan di hari ketiga setelah lompatan di awal pekan. Kamis (12/10) pukul 7.02 WIB, harga minyak WTI kontrak November 2023 turun 0,43% ke US$ 83,18 per barel.
Kemarin, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini turun 2,88% setelah turun 0,47% hari sebelumnya. Kemarin, harga minyak Brent kontrak Desember 2023 di ICE Futures turun 2,09%.
Kekhawatiran akan gangguan pasokan akibat konflik di Timur Tengah mereda setelah produsen utama OPEC, Arab Saudi berjanji untuk membantu menstabilkan pasar.
Harga minyak Brent dan WTI melonjak lebih dari 4% pada hari Senin karena kekhawatiran bentrokan antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas dapat meningkat menjadi konflik yang lebih luas yang akan mengganggu pasokan minyak global.
Baca Juga: Palestina vs Israel Makin Panas, Harga Emas Akan Sampai Level Berapa?
Harga minyak turun pada hari Selasa setelah Arab Saudi mengatakan pihaknya bekerja sama dengan mitra regional dan internasional untuk mencegah eskalasi. Saudi juga menegaskan kembali upayanya untuk menstabilkan pasar minyak.
“Baik WTI dan Brent melemah karena kekhawatiran akan gangguan pasokan yang tiba-tiba dan tidak terduga telah dikesampingkan untuk saat ini,” kata analis PVM Tamas Varga kepada Reuters.
Deputi CEO Mercuria Magid Shenouda mengatakan, harga minyak mencapai US$ 100 per barel jika situasi di Timur Tengah semakin meningkat.
“Satu-satunya hal yang menjadi jelas bagi para pedagang energi adalah bahwa jalan menuju pemulihan pertumbuhan global semakin sulit,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA. Dia menambahkan, konsumen AS sedang melemah (dan) Jerman mungkin menuju ke resesi yang lebih dalam.
Di Eropa, pemerintah Jerman memperkirakan perekonomian akan berkontraksi sebesar 0,4% tahun ini karena tingginya inflasi yang terus berlanjut.
Baca Juga: Harga Minyak Menanjak, Biaya Operasional Melonjak
Rusia dan Arab Saudi bertemu di Moskow pada hari Rabu, ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa koordinasi OPEC+ akan terus berlanjut demi prediktabilitas pasar minyak.
OPEC+ adalah kemitraan antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia.
Putin juga mendesak perusahaan untuk memprioritaskan pasar domestik Rusia. Larangan ekspor bensin dan beberapa solar di negara tersebut dibatalkan lagi pada minggu lalu karena ekspor solar yang tiba di pelabuhan melalui pipa diizinkan.
Di AS, harga produsen (IPP) meningkat lebih dari perkiraan pada bulan September di tengah kenaikan biaya produk energi dan makanan. Tetapi tekanan inflasi di tingkat pabrik terus mereda.
Baca Juga: Harga Emas Naik ke Level Tertinggi Dalam Dua Pekan, Kamis (12/10) Pagi
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan bahwa ia masih memperkirakan perekonomian AS akan mengalami soft landing, meskipun terdapat kekhawatiran tambahan yang disebabkan oleh situasi di Israel.
Dalam sebuah laporan, Badan Informasi Energi AS (EIA) memproyeksikan persediaan minyak global akan turun sebesar 200.000 barel per hari pada paruh kedua tahun 2023 akibat pengurangan produksi sukarela dari Arab Saudi, seiring dengan penurunan target produksi di antara negara-negara OPEC+. Persediaan minyak mentah diperkirakan meningkat minggu lalu sementara stok bensin dan sulingan kemungkinan turun, menurut jajak pendapat Reuters.
Exxon Mobil setuju untuk membeli Pioneer Natural Resources dari AS dalam kesepakatan seluruh saham senilai US$ 59,5 miliar yang akan menjadikannya produsen terbesar di cangkang Permian, ladang minyak terbesar di AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News