kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,14   9,29   1.03%
  • EMAS1.383.000 0,36%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Harga Minyak Tumbang Karena Prospek Ekonomi Suram


Selasa, 26 September 2023 / 17:09 WIB
Harga Minyak Tumbang Karena Prospek Ekonomi Suram
ILUSTRASI. Selasa (26/9) pukul 14.44 WIB, harga minyak mentah berjangka Brent turun US$ 1,16 atau 1,24% menjadi US$ 92,13 per barel.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun pada hari Selasa karena penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menambah kekhawatiran bahwa permintaan bahan bakar akan tertahan. Sementara bank sentral besar mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama sehingga berpotensi menekan ekonomi.

Selasa (26/9) pukul 14.44 WIB, harga minyak mentah berjangka Brent turun US$ 1,16 atau 1,24% menjadi US$ 92,13 per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS diperdagangkan turun US$ 1,13 atau 1,26% ke US$ 88,55 per barel.

“Kekhawatiran akan resesi ekonomi mungkin kembali mendominasi pergerakan pasar minyak karena melonjaknya imbal hasil obligasi AS menyusul sikap hawkish The Fed pekan lalu,” kata Tina Teng, analis pasar di CMC Markets di Auckland kepada Reuters.

Para pengambil kebijakan ekonomi utama dunia, Federal Reserve AS dan European Central Bank (ECB) dalam beberapa hari terakhir telah menegaskan kembali komitmen mereka untuk melawan inflasi. Kedua bank sentral menandai kebijakan ketat mungkin akan bertahan lebih lama dari perkiraan sebelumnya. Suku bunga yang lebih tinggi memperlambat pertumbuhan ekonomi, sehingga membatasi permintaan minyak.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Tergelincir Selasa (26/9), Brent ke US$92,42 dan WTI ke US$88,81

Sementara itu, dolar AS mencapai level tertinggi dalam 10 bulan pada hari Selasa, karena imbal hasil obligasi yang lebih tinggi menarik investor untuk memilih greenback. Sebagai mata uang utama yang digunakan untuk menentukan harga minyak, penguatan dolar biasanya membebani permintaan minyak. Karena harga minyak menjadi lebih mahal bagi importir dibandingkan dengan mata uang lokal mereka.

Lembaga pemeringkat Moody's kemarin mengatakan bahwa penutupan pemerintah AS akan merugikan kredit negara tersebut. Peringatan ini muncul satu bulan setelah Fitch menurunkan peringkat AS satu tingkat karena krisis plafon utang.

“Ancaman penutupan pemerintah AS dan potensi dampaknya terhadap peringkat kredit negara juga dapat menjadi faktor yang menyebabkan minyak semakin sulit mencapai target ajaib US$ 100 per barel,” kata Tamas Varga, analis di pialang minyak PVM.

Baca Juga: Kenaikan Harga Minyak Dunia Pengaruhi Bisnis Logistik Kapal Migas

Namun, pasokan tetap terbatas karena Rusia dan Arab Saudi telah memperpanjang pengurangan produksi hingga akhir tahun. “Pasokan minyak diperkirakan akan melebihi permintaan di masa mendatang dan oleh karena itu pelemahan apa pun, meskipun sangat mengejutkan, tidak akan bertahan lama,” tambah Varga.

Harga minyak telah meningkat sekitar 30% sejak pertengahan tahun ini. Penguatan harga komoditas energi sebagian besar didorong oleh berkurangnya pasokan, menghapus 0,5 poin persentase dari pertumbuhan PDB global pada paruh kedua tahun ini, menurut JPMorgan.

Namun, JPMorgan menambahkan bahwa guncangan tersebut tidak cukup besar untuk mengancam ekspansi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×