Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak mentah turun 1% karena kekhawatiran tentang permintaan minyak global dan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh wabah virus corona yang meningkat. Di tambah lagi, muncul kekhawatiran terhadap rencana produsen minyak mentah non-OPEC yang belum sepakat untuk memangkas produksi lebih lanjut untuk mendukung harga si hitam lebih lanjut.
Mengutip Reuters, Jumat (6/3) pukul 15.00 WIB harga minyak mentah jenis Brent kontrak pengiriman Mei 2020 di ICE Futures turun 49 sen, atau 0,98%, menjadi US$ 49,50 per barel.
Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman April 2020 di Nymex turun 46 sen, atau 1%, ke level US$ 45,44 per barel.
Baca Juga: Tertekan wabah corona, ICP bulan Februari turun jadi US$ 56,61 per barel
Sebelumnya pada Kamis (5/3), The Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) mendorong agar produksi minyak mentah oleh OPEC dan sekutunya, atau yang lebih dikenal sebagai OPEC+ akan dipangkas dengan tambahan 1,5 juta barel per hari (bpd) hingga akhir 2020.
Rencana ini bakal kembali dibicarakan pada pertemuan akhir di Wina pada Jumat (6/3) waktu setempat.
Negara-negara non-OPEC diharapkan memberikan kontribusi 500.000 barel per hari untuk keseluruhan pemotongan tambahan, kata para menteri OPEC. Namun Rusia dan Kazakhstan, keduanya anggota OPEC+, mengatakan mereka belum menyetujui pengurangan yang lebih dalam tersebut.
Hal ini akhirnya meningkatkan risiko jatuhnya kerja sama yang telah menopang harga minyak mentah sejak 2016. Namun, beberapa analis memperkirakan Moskow pada akhirnya akan menyetujui perjanjian itu.
"Jika Rusia tetap mengatakan tidak, seluruh serikat pekerja bisa runtuh - dan dengan itu setiap perdagangan bilateral baru dan kesepakatan investasi dalam pipa serta pengaruh strategis yang telah dijamin Moskow dengan berpartisipasi dalam perjanjian produksi," kata RBC Capital Markets dalam sebuah catatan penelitian .
"Akan ada serangkaian panggilan tingkat tinggi antara Moskow, Riyadh dan Abu Dhabi untuk menyelesaikan kesepakatan."
Kekhawatiran tentang lingkungan ekonomi makro membanjiri dampak positif dari pemotongan output besar yang diusulkan, kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets.
Baca Juga: Harga minyak merangkak naik, keputusan OPEC+ ditentukan hari ini
Bahkan dengan pemotongan mendalam, Goldman Sachs mengatakan kesepakatan OPEC+ tidak akan dapat mencegah surplus pasar minyak global pada kuartal kedua tahun ini. Nah ini dapat menyebabkan harga minyak terus runtuh dalam beberapa minggu mendatang.
Bahkan, Goldman Sachs mempertahankan perkiraan harga minyak jenis Brent dapat ke level US$ 45 per barel pada bulan April.
"Pada akhirnya rebound dalam permintaan, bukan pengurangan pasokan, akan menjadi katalis yang diperlukan untuk rebound harga yang berkelanjutan," kata Goldman Sachs.
Sementara itu ANZ mengatakan konsumsi minyak global bisa turun 1,6 juta barel per hari di paruh pertama tahun 2020 dan kontrak sekitar 300.000 barel per hari untuk setahun penuh.
"Pertumbuhan mungkin kembali pada paruh kedua 2020, tetapi tidak mungkin cukup untuk mengimbangi kerugian," kata ANZ.
"(Saya) berharap bukan hanya OPEC dan Rusia yang ingin menstabilkan harga tetapi juga produsen AS," kata Jonathan Barratt, kepala investasi di Probis Group.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News