kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak naik tipis, WTI menguat 0,2% dan Brent menanjak 0,5% di pagi ini (28/7)


Selasa, 28 Juli 2020 / 09:27 WIB
Harga minyak naik tipis, WTI menguat 0,2% dan Brent menanjak 0,5% di pagi ini (28/7)
ILUSTRASI. Harga minyak mentah naik tipis


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - MELBOURNE. Harga minyak mentah kembali naik untuk hari ketiga berturut-turut pada hari ini. Pendukung utama bagi harga emas hitam ini datang dari prospek kenaikan permintaan setelah Amerika Serikat (AS) kembali menggelontorkan stimulus untuk merangsang pemulihan ekonomi.

Sokongan lain bagi harga minyak mentah juga berkat pelemahan dolar AS, yang membuat harga minyak lebih murah untuk pembeli yang menggunakan mata uang selain the greenback

Mengutip Reuters, Selasa (28/7) pukul 09.13 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent kontrak pengiriman September 2020 naik 22 sen, atau 0,5% menjadi US$ 43,63 per barel. Ini menambah kenaikan 0,2% yang terjadi pada sesi sebelumnya. 

Baca Juga: Harga minyak naik, ditopang langkah stimulus AS

Setali tiga uang, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman September 2020 juga menguat tipis 0,2% ke US$ 41,68 per barel. Pada sesi sebelumnya, harga minyak WTI sudah menguat 0,75%.

Katalis utama bagi laju harga minyak datang setelah Senat dari partai Republik mengusulkan paket bantuan untuk virus corona senilai US$ 1 triliun. Stimulus ini digunakan untuk merevitalisasi ekonomi dengan memperluas tunjangan pengangguran yang diprediksi kembali naik di akhir pekan ini. 

Untuk membantu stimulus, panel pengaturan kebijakan Federal Reserve juga akan bertemu pada hari ini dan Rabu (29/7), di mana bank sentral diprediksi tetap mempertahankan suku bunga mendekati nol untuk tahun-tahun mendatang.

"Harga minyak akan terus menarik dukungan dari kebijakan dovish The Fed, yang melihat dolar AS bergerak lebih rendah," kata Market Strategist AxiCorp Stephen Innes dalam sebuah catatan.




TERBARU

[X]
×