Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menghadapi tekanan kinerja pada kuartal I-2025. Dus, prospek jangka pendek diperkirakan masih akan terbatas.
Pada kuartal I 2025, PTBA mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 5,8% secara tahunan (year on year/yoy) dari Rp 9,41 triliun menjadi Rp 9,96 triliun. Meski begitu, laba bersihnya anjlok 50,5% dari Rp 790,94 miliar di kuartal I 2024 menjadi Rp 391,48 miliar.
Analis Sinarmas Sekuritas, Kenny Shan menjelaskan bahwa tekanan terbesar berasal dari kombinasi harga jual rata-rata (ASP) yang menurun dan kenaikan biaya bahan bakar.
Baca Juga: Menakar Prospek PTBA di Tengah Pelemahan Permintaan dan Koreksi Harga Batubara
"Biaya tunai naik 4% yoy menjadi Rp 889.000 per ton, terutama akibat lonjakan harga bahan bakar sebesar 10% pasca pencabutan subsidi biodiesel B40," jelasnya dalam riset, Rabu (21/5).
Dari sisi volume, produksi batubara PTBA di kuartal I 2025 tercatat naik 16% yoy menjadi 8,5 juta ton, dengan volume penjualan meningkat 7% YoY menjadi 10,3 juta ton. Namun, harga jual rata-rata turun 1% YoY dan 10% secara kuartalan menjadi Rp 951.000 per ton.
Hal itu berdampak pada margin yang terkompresi tajam. Margin kotor turun menjadi 11% dari 15%, margin operasional ke 3% dari 8%, dan margin bersih tinggal 4% dari 8%.
Sinarmas Sekuritas juga mencatat bahwa belanja modal (capex) PTBA melonjak menjadi Rp 7,19 triliun tahun ini, jauh lebih tinggi dibandingkan Rp 2,3 triliun di 2024.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Menyerap Capex Hampir Rp 1 Triliun pada Kuartal I-2025
Mayoritas dana dialokasikan untuk proyek infrastruktur logistik, termasuk jalur kereta api Tanjung Enim–Keramasan.
Kenny memperingatkan bahwa lonjakan capex ini bisa berdampak pada rasio pembagian dividen jangka pendek.
"Namun manajemen tetap akan menjaga fleksibilitas keuangan dengan memanfaatkan kombinasi kas internal dan pinjaman jangka pendek," tambahnya.
Di tengah tekanan ini, Sinarmas Sekuritas mempertahankan rekomendasi netral untuk saham PTBA dengan target harga Rp 2.800 per saham.
Baca Juga: IHSG Ditutup Jatuh 1,74% ke 6.787,14 Senin (23/6), Top Losers LQ45: PTBA, CTRA, MAPI
Nah, meski prospek jangka panjang tetap solid berkat pertumbuhan volume produksi dan rekam jejak dividen yang konsisten, Kenny menilai risiko penurunan harga batubara dan kenaikan biaya masih membayangi pergerakan saham dalam jangka pendek.
"Secara keseluruhan, prospek saham PTBA dalam waktu dekat cenderung terbatas karena tekanan margin dan ketidakpastian harga komoditas," tutup Kenny.
Selanjutnya: Dukung Penguatan Industri Fintech Lending, OJK Lakukan Berbagai Langkah Kebijakan Ini
Menarik Dibaca: 5 Cara Memperbaiki Tekstur Kulit agar Kembali Mulus
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News