Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak mencatat kenaikan untuk hari kedua berturut-turut pada Jumat (25/4), didorong oleh potensi meredanya ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Namun, secara mingguan, harga minyak tetap berada di jalur penurunan sekitar 2% akibat kekhawatiran terhadap kelebihan pasokan.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 31 sen menjadi US$66,85 per barel pada pukul 06.50 GMT, meskipun mencatat penurunan 1,7% sepanjang pekan ini.
Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 35 sen ke level US$63,12 per barel, setelah turun 2,4% secara mingguan.
Baca Juga: Harga Minyak Bersiap Catat Pelemahan dalam Sepekan, Dipicu Potensi Kenaikan Pasokan
“Untuk hari ini, harga minyak naik tipis karena pasar merespons tanda-tanda meredanya ketegangan seputar tarif Trump dan kemungkinan perubahan sikap kebijakan The Fed, yang turut mendukung pemulihan pasar secara lebih luas,” ujar Analis Senior LSEG, Anh Pham.
“Namun, secara mingguan, harga masih melemah karena kekhawatiran terhadap kelebihan pasokan dari OPEC+ terus membayangi, sementara prospek permintaan tetap tidak pasti di tengah ketegangan dagang yang masih berlangsung. Penguatan dolar AS juga memberi tekanan tambahan terhadap harga minyak,” tambahnya.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya menyatakan bahwa pembicaraan dagang antara AS dan China sedang berlangsung, membantah klaim China bahwa belum ada diskusi yang dilakukan untuk meredakan perang dagang.
China dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk mengecualikan beberapa barang impor dari AS dari tarif 125%, dan telah meminta perusahaan-perusahaan untuk menyerahkan daftar barang yang bisa memenuhi syarat.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Terdampak Pelemahan Dolar AS dan Beragamnya Sentimen Ekonomi
Ini menjadi sinyal kuat bahwa Beijing mulai khawatir terhadap dampak ekonomi dari perang tarif tersebut.
China menaikkan tarifnya sebagai respons atas langkah Trump yang lebih dulu mengenakan tarif lebih tinggi terhadap barang-barang dari Negeri Tirai Bambu.
Harga minyak sempat anjlok awal bulan ini setelah lonjakan tarif memicu kekhawatiran terhadap permintaan global dan mendorong aksi jual di pasar keuangan.
Kekhawatiran atas kelebihan pasokan pun semakin mencuat. Beberapa anggota OPEC+ dilaporkan mengusulkan agar kelompok tersebut mempercepat peningkatan produksi minyak untuk bulan kedua berturut-turut pada Juni mendatang, menurut laporan Reuters awal pekan ini.
Di sisi geopolitik, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan kepada CBS News bahwa Moskow dan Washington bergerak ke arah yang benar untuk mengakhiri perang di Ukraina, meski beberapa elemen kesepakatan masih belum disepakati.
Baca Juga: Harga Minyak WTI Menguat di Tengah Potensi Kemajuan Negosiasi AS dan China
Penghentian perang Rusia-Ukraina dan pelonggaran sanksi dapat membuka kembali arus ekspor minyak Rusia ke pasar global.
Rusia, yang merupakan anggota OPEC+, termasuk dalam jajaran tiga produsen minyak terbesar dunia bersama AS dan Arab Saudi.
Sementara itu, permintaan minyak global menunjukkan perbaikan dalam sepekan terakhir, terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi bensin di AS.
Permintaan untuk distilat seperti solar juga tetap tinggi karena cuaca dingin masih bertahan hingga April, menurut analis JPMorgan Commodities Research.
Namun, mereka mencatat bahwa permintaan bulanan masih berada 200.000 barel per hari di bawah estimasi, akibat lemahnya konsumsi selama dua pekan pertama bulan ini.
Selanjutnya: 569.000 Wajib Pajak Badan Sudah Melaporkan SPT Tahunan, Coretax Terus Diperbaiki
Menarik Dibaca: Antisipasi Hujan di Kota Jogja Mulai Siang, Pantau Cuaca Besok di Wilayah DIY
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News