kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   -8.000   -0,42%
  • USD/IDR 16.779   21,00   0,13%
  • IDX 6.369   106,29   1,70%
  • KOMPAS100 923   27,30   3,05%
  • LQ45 724   17,33   2,45%
  • ISSI 198   4,51   2,33%
  • IDX30 378   6,29   1,69%
  • IDXHIDIV20 458   7,62   1,69%
  • IDX80 105   3,28   3,22%
  • IDXV30 111   4,56   4,28%
  • IDXQ30 124   1,83   1,50%

Harga Minyak Mentah Naik Jumat (11/4), Brent ke US$63,53 dan WTI ke US$60,26


Jumat, 11 April 2025 / 23:45 WIB
Harga Minyak Mentah Naik Jumat (11/4), Brent ke US$63,53 dan WTI ke US$60,26
ILUSTRASI. Harga minyak menguat pada Jumat (12/4) seiring pasar mulai mengantisipasi risiko geopolitik baru yang berasal dari Amerika Serikat (AS). REUTERS/Alexander Manzyuk


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Harga minyak menguat pada Jumat (12/4) seiring pasar mulai mengantisipasi risiko geopolitik baru yang berasal dari Amerika Serikat (AS).

Setelah Presiden AS Donald Trump memberlakukan lalu menangguhkan tarif impor yang memicu ketidakpastian global.

Baca Juga: Harga Minyak Anjlok, BP-AKR Sesuaikan Harga BBM

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 20 sen atau 0,32% menjadi US$63,53 per barel pada pukul 15:26 GMT.

Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 19 sen atau 0,32% ke US$60,26 per barel.

“AS menjadi sumber risiko geopolitik adalah hal baru bagi pasar,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC.

“Kita akan melihat perombakan papan catur seperti yang terjadi setelah Rusia menginvasi Ukraina.”

Meskipun menguat pada Jumat, Brent dan WTI tercatat mengalami penurunan mingguan untuk pekan kedua berturut-turut, di tengah kekhawatiran investor terhadap potensi resesi yang dipicu oleh memanasnya perang dagang antara AS dan Tiongkok.

Baca Juga: Harga Minyak Lanjut Melemah di Pagi Ini (11/4), WTI Turun ke Bawah US$ 60 Per Barel

Pada Jumat, China mengumumkan akan memberlakukan tarif impor sebesar 125% atas produk AS mulai Sabtu (12/4), naik dari sebelumnya 84%. Sebagai balasan atas keputusan Trump menaikkan tarif terhadap China menjadi 145% pada Kamis.

Trump memang menunda penerapan tarif terhadap puluhan negara lain selama 90 hari, tetapi perseteruan yang berkepanjangan antara dua ekonomi terbesar dunia ini diperkirakan akan mengurangi volume perdagangan global dan mengganggu jalur distribusi, yang pada akhirnya menekan pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak dunia.

“Meski sebagian tarif ditunda, kecuali terhadap Tiongkok, kerusakan pasar telah terjadi, dan harga masih kesulitan untuk kembali stabil,” ujar Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank.

Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Kamis juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan memperingatkan bahwa tarif dapat memberikan tekanan besar terhadap harga minyak. EIA juga menurunkan perkiraan permintaan minyak AS dan global untuk tahun ini dan tahun depan.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Jatuh, Harga Produk BBM di SPBU Turun?

Pertumbuhan ekonomi China pada 2025 diprediksi akan melambat dibanding tahun lalu, menurut jajak pendapat Reuters, seiring tekanan tambahan dari tarif AS terhadap negara importir minyak terbesar dunia itu.

Dampak tarif bisa sangat “katastropik” bagi negara-negara berkembang, kata Direktur Badan Perdagangan PBB.

Analis ANZ Bank memperkirakan konsumsi minyak global bisa turun 1% jika pertumbuhan ekonomi dunia jatuh di bawah 3%, ujar Daniel Hynes, Analis Senior Komoditas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×