kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.820   -41,00   -0,24%
  • IDX 6.442   73,17   1,15%
  • KOMPAS100 923   0,44   0,05%
  • LQ45 723   -0,82   -0,11%
  • ISSI 202   3,78   1,91%
  • IDX30 377   -0,84   -0,22%
  • IDXHIDIV20 459   0,93   0,20%
  • IDX80 105   -0,21   -0,20%
  • IDXV30 112   0,60   0,54%
  • IDXQ30 124   -0,13   -0,11%

Harga Minyak Naik Tipis, Didukung Pengecualian Tarif AS dan Impor Minyak Mentah China


Selasa, 15 April 2025 / 05:28 WIB
Harga Minyak Naik Tipis, Didukung Pengecualian Tarif AS dan Impor Minyak Mentah China
ILUSTRASI. Harga minyak dunia ditutup menguat tipis pada perdagangan Senin (14/4), didorong oleh kebijakan pengecualian tarif impor Amerika Serikat untuk sejumlah barang elektronik serta lonjakan impor minyak mentah China pada bulan Maret. REUTERS/Todd Korol


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia ditutup menguat tipis pada perdagangan Senin (14/4), didorong oleh kebijakan pengecualian tarif impor Amerika Serikat untuk sejumlah barang elektronik serta lonjakan impor minyak mentah China pada bulan Maret.

Namun, kekhawatiran pasar terhadap prospek pertumbuhan global akibat perang dagang membatasi kenaikan harga lebih lanjut.

Melansir Reuters, harga minyak Brent naik 12 sen atau 0,2% menjadi US$ 64,88 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) AS naik 3 sen ke level US$ 61,53 per barel.

Baca Juga: Harga Minyak Datar Senin (14/4) Pagi, Perang Dagang Tekan Prospek Pertumbuhan Global

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump mengumumkan pada Jumat malam bahwa ponsel pintar, komputer, dan beberapa barang elektronik lainnya asal China akan dibebaskan dari tarif impor baru.

Kebijakan ini dinilai memberi kelegaan jangka pendek bagi pelaku pasar, meski ketidakpastian masih tinggi akibat pernyataan Trump yang menyebut akan menetapkan tarif baru untuk semikonduktor dalam pekan ini.

Di sisi lain, data terbaru menunjukkan impor minyak mentah China melonjak hampir 5% secara tahunan pada Maret.

Kenaikan ini ditopang oleh peningkatan pasokan dari Iran dan pulihnya pengiriman minyak dari Rusia.

Meski demikian, baik Brent maupun WTI telah kehilangan sekitar US$ 10 per barel sejak awal April. Prospek harga juga tertekan oleh eskalasi tensi dagang antara dua ekonomi terbesar dunia, yang dikhawatirkan akan menekan permintaan energi global.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Naik Jumat (11/4), Brent ke US$63,53 dan WTI ke US$60,26

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dalam laporan bulanannya memangkas proyeksi permintaan minyak global tahun 2025 menjadi hanya 1,3 juta barel per hari, atau turun 150.000 barel dari estimasi sebelumnya. Tarif perdagangan menjadi salah satu alasan revisi tersebut.

“Pemangkasan proyeksi permintaan oleh OPEC semakin menegaskan betapa besarnya dampak ketidakpastian akibat tarif dan perang dagang terhadap outlook pasar energi,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital.

Goldman Sachs memperkirakan harga rata-rata Brent sepanjang sisa tahun ini di US$ 63 per barel, dan WTI di US$ 59. Tahun depan, harga diproyeksi lebih rendah dengan Brent di US$ 58 dan WTI US$ 55.

Mereka juga memprediksi pertumbuhan permintaan minyak global pada kuartal IV 2025 hanya naik 300.000 barel per hari dibanding tahun lalu.

Sementara UBS memangkas proyeksi Brent sebesar US$ 12 menjadi US$ 68 per barel dan memperkirakan WTI berada di level US$ 64. JPMorgan turut menurunkan outlook harga, mengacu pada produksi OPEC+ yang tinggi dan permintaan yang melemah.

Pasar berjangka Brent kini memasuki kondisi contango, di mana harga kontrak pengiriman Desember 2025 lebih rendah daripada Desember 2026.

Baca Juga: Harga Minyak Lanjut Melemah di Pagi Ini (11/4), WTI Turun ke Bawah US$ 60 Per Barel

Ini mencerminkan ekspektasi pasar akan kelebihan pasokan dan lemahnya permintaan dalam jangka pendek, menurut BMI, anak usaha Fitch Solutions.

Dari sisi geopolitik, Menteri Energi AS Chris Wright menyatakan bahwa Washington dapat menghentikan ekspor minyak Iran sebagai bagian dari strategi menekan Teheran terkait program nuklirnya.

Namun, ketegangan sedikit mereda setelah AS dan Iran menggelar pembicaraan "positif dan konstruktif" di Oman, dan dijadwalkan melanjutkan dialog pekan depan.

Sementara itu, tekanan tambahan datang dari rencana restart terkontrol pipa Keystone oleh South Bow pada Senin, setelah sebelumnya ditutup akibat kebocoran minyak. Jalur ini merupakan salah satu penghubung utama pasokan minyak dari Kanada ke AS.

Selanjutnya: Beragam Hasil dari Lawatan Prabowo

Menarik Dibaca: Cara Hapus Akun Instagram secara Permanen dan Sementara Terbaru 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×