Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat pada hari Jumat (2/9) di tengah ekspektasi bahwa OPEC+ akan membahas pengurangan produksi pada pertemuan pada 5 September. Tapi, kekhawatiran atas pembatasan Covid-19 China dan pelemahan ekonomi global menjadi pemberat harga minyak.
Jumat (2/9) pukul 22.05 WIB, harga minyak WTI kontrak Oktober 2022 di New York Mercantile Exchange menguat 2,34% ke US$ 88,64 per barel. Tapi dalam sepekan harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini turun 4,75%.
Sedangkan harga minyak Brent kontrak November 2022 di ICE Futures menguat 2,36% ke US$ 94,54 per barel. Harga minyak acuan internasional ini mengakumulasi penurunan 4,51% dalam sepekan.
Baca Juga: Wall Street Menguat Jumat (2/9) Setelah Melorot Sepekan Terakhir
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia (OPEC+) akan bertemu pada 5 September. Pertemuan bulanan OPEC+ ini terjadi di tengah potensi penurunan permintaan. Sementara Arab Saudi mengatakan bahwa pasokan masih ketat.
"Harga minyak lebih tinggi hari ini setelah jatuh mendekati posisi terendah musim panas selama sepekan. Rebound terjadi karena pembicaraan nuklir antara Iran dan AS tampaknya terhenti," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA kepada Reuters.
Dia menambahkan bahwa kesepakatan Iran dan Barat menyebabkan harga minyak turun. Pasalnya, Iran berpotensi menambah pasokan minyak global hingga sekitar 1 juta barel per hari.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Reli Jelang Pertemuan OPEC+, Brent ke US$95,08 & WTI ke US$89,23
OPEC+ merevisi keseimbangan pasar untuk tahun ini dan sekarang melihat permintaan lebih rendah daripada pasokan sebesar 400.000 barel per hari (bph). Selisih permintaan dan pasokan ini lebih rendha ketimbang prediksi sebelumnya 900.000 bph. Kelompok produsen memperkirakan defisit pasar sebesar 300.000 barel per hari untuk tahun 2023.
Menteri keuangan G7 sepakat pada hari Jumat untuk mengenakan batas harga pada minyak Rusia. Tapi, G7memberikan beberapa rincian baru untuk rencana yang bertujuan membatasi pendapatan Rusia sambil menjaga minyak mentah mengalir untuk menghindari lonjakan harga.
Sementara itu, investor tetap khawatir dengan dampak pembatasan Covid-19 terbaru di China. Kota Chengdu pada hari Kamis memerintahkan penguncian yang telah memukul produsen seperti Volvo.
Data menunjukkan aktivitas pabrik China pada Agustus mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam tiga bulan karena melemahnya permintaan. Sementara kekurangan daya dan wabah Covid-19 juga mengganggu produksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News