Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak cenderung flat pada hari ini. Tetapi harga komoditas energi ini berada di jalur penurunan minggu keempat berturut-turut di tengah kekhawatiran atas permintaan global.
Jumat (17/11) pukul 14.30 WIB, harga minyak WTI kontrak Desember 2023 di New York Mercantile Exchange menguat flat ke US$ 72,91 per barel dari posisi kemarin US$ 72,90 per barel. Sedangkan dalam sepekan, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini anjlok 5,52% dari posisi US$ 77,17 per barel pada Jumat (10/11).
Harga minyak Brent kontrak Januari 2024 di ICE Futures pun naik tipis ke US$ 77,44 per barel dari posisi kemarin US$ 77,42 per barel. Harga minyak acuan internasional ini merosot 4,9% dalam sepekan dari posisi US$ 81,43 per barel, Jumat (10/11).
“Harga minyak sedikit turun tahun ini meskipun permintaan melebihi ekspektasi optimistis kami,” kata analis Goldman Sachs dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters. Goldman menambahkan, pasokan non-inti OPEC jauh lebih kuat dari perkiraan, sebagian diimbangi oleh pengurangan produksi OPEC.
Baca Juga: AS dan Filipina Sepakati Perjanjian Nuklir Penting
Spread prompt bulanan untuk kedua kontrak telah berubah menjadi contango, sebuah tren pasar di mana harga prompt lebih rendah dibandingkan harga di bulan-bulan mendatang yang menunjukkan pasokan yang sehat.
Penurunan harga minyak minggu ini terutama dipicu oleh kenaikan tajam persediaan minyak mentah AS dan produksi yang bertahan pada tingkat rekor. Data terbaru ini menurut para analis memicu kekhawatiran lemahnya permintaan di konsumen minyak terbesar dunia di tengah tingginya produksi.
JPMorgan commodities research mengatakan bahwa pelacak permintaan minyak globalnya menunjukkan permintaan rata-rata 101,6 juta barel per hari (bpd) pada paruh pertama bulan November. Angka ini lebih rendah 200.000 barel per hari dari proyeksi JPMorgan untuk bulan tersebut.
Para analis mengatakan bahwa penurunan harga baru-baru ini juga kemungkinan akan membuat Arab Saudi memperpanjang pengurangan produksi minyak sukarela tambahan sebesar 1 juta barel per hari hingga tahun 2024.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Tengah Turun, Bagaimana Prospek ke Depan?
“Sudah jelas bahwa neraca minyak untuk sisa tahun ini tidak seketat perkiraan awal,” kata analis ING dalam sebuah catatan.
ING memperkirakan pasar minyak masih akan kembali mengalami surplus pada kuartal pertama 2024.
Perpanjangan pengurangan pasokan tambahan dari Saudi hingga awal tahun 2024 akan membantu menghapus perkiraan surplus dan memberikan beberapa dukungan kepada pasar, kata ING.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News