Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak menguat pada perdagangan hari ini setelah lebih banyak negara bagian di Amerika Serikat (AS) yang melonggarkan penguncian. Hal yang sama juga terjadi di kawasan Uni Eropa yang berusaha menarik wisatawan.
Hal tersebut berhasil membantu sentimen negatif atas kekhawatiran berkurangnya permintaan bahan bakar setelah lonjakan kasus Covid-19 di India.
Selasa (4/5) pukul 17.00 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2021 naik 1,92% menjadi US$ 68,86 per barel.
Serupa, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juni 2021 juga naik 1,83% ke level US$ 65,67 per barel.
Harga minyak didukung oleh prospek kenaikan permintaan bahan bakar di AS dan Eropa, karena negara bagian New York, New Jersey dan Connecticut kembali dibuka setelah kasus Covid-19 meredakan. Hal yang sama terjadi pada Uni Eropa yang berencana untuk membuka lebih banyak jalan bagi pengunjung asing yang telah divaksinasi, kata analis.
"Kekuatan saat ini dipimpin oleh permintaan bensin AS, di mana permintaan terlihat membaik karena lebih banyak pengendara yang melaju di jalan," kata Tamas Varga, analis di PVM Oil Associates.
"Kekuatan pasar saham kemarin diikuti sampai pagi ini di pasar minyak. Kini pasar berfokus pada peluncuran program vaksin yang berhasil di AS dan di negara maju lainnya dan bukan pada kehancuran di India dan Brasil."
Baca Juga: Harga minyak naik, laba Aramco melonjak di kuartal pertama
Untuk tanda-tanda lebih lanjut dari permintaan minyak AS yang meningkat, para pedagang akan mengamati laporan tentang minyak mentah dan stok produk dari American Petroleum Institute (API) pada hari Selasa dan Energy Information Administration (EIA) pada hari Rabu.
Lima analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan rata-rata persediaan minyak mentah AS turun 2,2 juta barel dalam pekan yang berakhir 30 April. Sebelumnya, persediaan minyak AS naik dalam dua pekan terakhir.
Tingkat pemanfaatan kilang diharapkan meningkat 0,5 poin persentase minggu lalu, dari 85,4% dari total kapasitas pada pekan yang berakhir 23 April, menurut jajak pendapat.
Dolar AS yang lebih lemah, terpukul oleh perlambatan tak terduga dalam pertumbuhan manufaktur AS, juga membantu menopang harga minyak pada hari Selasa. The greenback yang lebih rendah membuat minyak lebih menarik bagi pembeli yang memegang mata uang lain.
Di India, jumlah total infeksi sejauh ini sudah lebih dari 20 juta, dan membuat permintaan bahan bakar di negara terpadat di dunia setelah China ini turun.
"Situasi India sedang bermain tarik-menarik dengan optimisme atas rebound di Barat, tetapi dengan tambal sulam pembatasan di seluruh negeri karena tingkat keparahan, perkiraan kehilangan permintaan sulit untuk dijabarkan," kata Vandana Hari, analis energi di Vanda Insights
Selanjutnya: Harga minyak WTI melonjak 9,36% sepanjang bulan April
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News