Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah turun US$2 per barel ke level terendah dalam dua minggu pada hari Rabu (22). Investor menjadi lebih khawatir bahwa data ekonomi baru-baru ini akan berarti kenaikan suku bunga yang lebih agresif oleh bank sentral, berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan permintaan bahan bakar.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent menetap US$2,45 atau 3% lebih rendah pada US$80,60 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun US$2,41 atau 3% menjadi berakhir pada US$74,05 per barel.
Tingkat penyelesaian adalah yang terendah untuk kedua acuan harga minyak mentah sejak 3 Februari.
Risalah dari pertemuan Federal Reserve terbaru menunjukkan mayoritas pejabat The Fed setuju bahwa risiko inflasi tinggi tetap menjadi "faktor kunci" yang membentuk kebijakan moneter dan menjamin kelanjutan kenaikan suku bunga sampai terkendali.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Turun 1%, Kekhawatiran Ekonomi Global Imbangi Permintaan China
"Sementara data ekonomi AS yang lebih baik berarti permintaan minyak yang lebih baik, kekhawatirannya adalah bahwa ini memaksa Fed untuk mengetatkan kebijakan moneter untuk mengendalikan inflasi," kata analis UBS Giovanni Staunovo.
"Ini juga mendukung dolar AS, yang tidak membantu minyak."
Indeks dolar AS naik untuk sesi kedua berturut-turut, membuat minyak berdenominasi greenback lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Namun, laporan ekonomi AS lainnya menunjukkan beberapa tanda yang meresahkan bagi konsumen minyak terbesar dunia itu. Penjualan rumah yang ada turun di bulan Januari ke level terendah sejak Oktober 2010.
Stok minyak mentah AS telah tumbuh setiap minggu selama sekitar dua bulan dan diperkirakan dalam jajak pendapat Reuters telah meningkat 2,1 juta barel minggu lalu.
“Permintaan minyak mentah juga secara musiman lebih rendah dengan kilang-kilang utama AS sedang dalam musim pemeliharaan,” kata analis Price Group Phil Flynn.
Sekitar 1,44 juta barel per hari kapasitas penyulingan AS diperkirakan akan offline pada pekan yang berakhir 3 Maret, menurut perusahaan riset energi IIR.
Badai salju besar-besaran di Dataran Utara AS dan Upper Midwest juga telah memukul permintaan bahan bakar, dengan 3.500 penerbangan ditunda atau dibatalkan di seluruh negeri sejauh ini, menurut FlightAware.com. Bensin berjangka AS turun hampir 4% ke level terendah dalam dua minggu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News