Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah tergelincir pada hari Selasa (24/1), di tengah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global. Selain itu, data awal menunjukkan peningkatan persediaan minyak Amerika Serikat (AS) yang lebih besar dari perkiraan.
Melansir Reuters, harga minyak Brent untuk pengiriman Maret turun US$2,06 atau 2,3% menjadi US$86,13 per barel. Sedangakan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun US$1,49, atau 1,8%, menjadi US$80,13 per barel.
Aktivitas bisnis AS berkontraksi pada bulan Januari selama tujuh bulan berturut-turut, meskipun penurunan dimoderasi di seluruh sektor manufaktur dan jasa untuk pertama kalinya sejak September dan kepercayaan bisnis menguat saat tahun baru dimulai.
Ekonomi AS "masih bisa berguling dan beberapa pedagang energi masih skeptis tentang seberapa cepat permintaan minyak mentah China akan bangkit kembali pada kuartal ini," kata analis OANDA Edward Moya dalam sebuah catatan.
Data PMI S&P Global menunjukkan, aktivitas bisnis zona Eropa secara mengejutkan kembali ke pertumbuhan moderat pada bulan Januari. Namun aktivitas ekonomi sektor swasta Inggris turun pada tingkat tercepat dalam dua tahun.
Baca Juga: Ekonomi Global Belum Menentu, Aktivitas Manufaktur Beberapa Negara Lesu
Ekonomi di enam anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCC) akan tumbuh tahun ini setengah dari tingkat tahun 2022 karena pendapatan minyak terpukul dari perlambatan global yang diharapkan, menurut pandangan median dari jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom.
Stok minyak mentah naik sekitar 3,4 juta barel dalam pekan yang berakhir 20 Januari, menurut sumber pasar mengutip angka American Petroleum Institute pada Selasa. Atau tiga kali lipat dari perkiraan sekitar 1 juta dalam jajak pendapat Reuters awal pada hari Senin.
Data resmi dari Administrasi Informasi Energi AS akan dirilis pada pukul 10:30 (1530 GMT) pada hari Rabu.
Sementara itu, panel OPEC+ kemungkinan akan mendukung kebijakan produksi minyak kelompok produsen saat ini ketika bertemu minggu depan, lima sumber OPEC+ mengatakan pada hari Selasa.
Lantaran harapan permintaan China yang lebih tinggi mendorong reli harga minyak diimbangi oleh kekhawatiran atas inflasi dan perlambatan ekonomi global.
JP Morgan menaikkan perkiraan permintaan minyak mentah China tetapi mempertahankan proyeksinya untuk harga rata-rata 2023 sebesar US$90 per barel untuk minyak mentah Brent.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Tipis di Pagi Ini, Fokus pada Permintaan China dan Prospek AS
"Tidak ada peristiwa geopolitik besar apa pun, akan sulit bagi harga minyak menembus US$100 pada 2023 karena seharusnya ada lebih banyak pasokan daripada permintaan tahun ini," katanya dalam catatan analis.
Harga minyak mentah di pasar fisik telah memulai tahun ini dengan reli karena peningkatan pembelian dari China setelah pelonggaran kontrol pandemi dan kekhawatiran pedagang bahwa sanksi terhadap Rusia dapat memperketat pasokan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News