CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.874   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.146   -68,25   -0,95%
  • KOMPAS100 1.093   -9,22   -0,84%
  • LQ45 872   -3,69   -0,42%
  • ISSI 215   -2,97   -1,36%
  • IDX30 447   -1,32   -0,29%
  • IDXHIDIV20 540   0,18   0,03%
  • IDX80 125   -1,00   -0,79%
  • IDXV30 135   -0,24   -0,18%
  • IDXQ30 149   -0,23   -0,16%

Harga minyak flat dalam tiga hari menyambut perang dagang


Jumat, 24 Agustus 2018 / 07:42 WIB
Harga minyak flat dalam tiga hari menyambut perang dagang
ILUSTRASI. Harga minyak


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak cenderung flat setelah melonjak pada Rabu lalu. Jumat (24/8) pukul 7.25 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober 2018 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 67,82 per barel.

Harga ini turun tipis ketimbang penutupan perdagangan kemarin pada US$ 67,83 per barel dan hari sebelumnya pada US$ 67,86 per barel. Tapi dalam sepekan, harga minyak masih naik 4,02%.

Pergerakan serupa terjadi pada harga minyak acuan internasional. Harga minyak brent untuk pengiriman Oktober 2018 di ICE Futures berada di US$ 74,73 per barel, sama dengan posisi kemarin.

Harga minyak brent ini turun tipis ketimbang posisi hari Rabu yang ada di US$ 74,78 per barel. Dalam sepekan, harga minyak brent menguat 4,04%.

Kemarin, harga minyak sempat turun setelah keluarnya data perediaan minyak Amerika Serikat (AS) yang turun lebih besar daripada prediksi. "Pasar minyak mencoba menyeimbangkan kekhawatiran penurunan permintaan dan rencana penambahan pasokan minyak dari Arab Saudi dan Rusia," kata Gene McGillian, director of market research Tradition Energy kepada Reuters.

Sementara update perang dagang turut menjadi perhatian pasar komoditas. Kemarin, AS dan China menerapkan masing-masing tarif impor 25% untuk produk bernilai US$ 16 miliar dari masing-masing negara.

Kedua negara ini telah menerapkan tarif mahal untuk produk dengan nilai US$ 100 miliar sejak Juli. AS pun tengah menggodok penerapan tarif impor bagi US$ 200 miliar produk China. Kemungkinan besar, negara dengan penduduk terbanyak di dunia ini akan merespons.

Moody's Investor Service memperkirakan, perang dagang akan memangkas pertumbuhan ekonomi China tahun depan sebesar 30-50 basis poin. Sedangkan pertumbuhan ekonomi AS tahun depan berpotensi terpangkas 25 basis poin menjadi 2,3%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×