Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak Brent bertahan di atas US$88 pada hari Rabu (25/10). Kekhawatiran meningkatnya tensi perang di Timur Tengah mengimbangi kekhawatiran permintaan yang berasal dari suramnya prospek ekonomi Eropa.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 11 sen menjadi US$88,18 per barel pada pukul 0948 GMT. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) tergelincir 5 sen menjadi US$83,69 per barel.
Berbagai negara mendorong jeda atau gencatan senjata dalam pertempuran antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza, agar bantuan kemanusiaan dapat dikirimkan kepada warga sipil Palestina yang terkepung.
Sementara itu, para pemimpin Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi pada hari Selasa membahas upaya-upaya untuk mencegah konflik meluas dan berpotensi melibatkan produsen minyak utama Iran.
Baca Juga: Harga Minyak Bergerak Datar, Kekhawatiran Makroekonomi Mengatasi Terbatasnya Pasokan
Di tempat lain di Eropa, sejumlah data aktivitas manufaktur dan jasa baru-baru ini telah menjadi pengingat bahwa indikator ekonomi makro yang suram dari beberapa negara ekonomi terbesar dapat meredam permintaan, kata John Evans dari pialang minyak PVM.
Data tersebut, katanya, "agak berlawanan dengan gagasan bahwa minyak akan terbebas dari hambatan pada permintaan musiman yang diperkirakan akan terjadi pada musim dingin di Belahan Bumi Utara."
Indikator-indikator pertumbuhan dari data output industri hingga PMI dan pembacaan sentimen dalam beberapa minggu terakhir semuanya menunjukkan bahwa ekonomi zona euro saat ini stagnan atau bahkan menyusut.
Dipicu oleh lemahnya permintaan eksternal, kehati-hatian konsumen, dan suku bunga yang tinggi.
Data Bank Sentral Eropa menunjukkan, pinjaman bank di seluruh zona euro hampir terhenti bulan lalu, memberikan bukti lebih lanjut bahwa blok 20 negara ini sedang menghindari resesi.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Stabil Selasa (24/10), Brent ke US$89,92 dan WTI ke US$85,53
Namun, sisi baiknya, harga minyak mentah dapat memperoleh dukungan karena badan parlemen tertinggi di China, importir minyak terbesar di dunia, menyetujui rancangan undang-undang untuk menerbitkan obligasi negara senilai 1 triliun yuan (US$137 miliar) dan mengizinkan pemerintah daerah untuk menerbitkan utang baru dari kuota tahun 2024 untuk mendorong perekonomian.
Tetapi permintaan minyak mentah di China bisa jadi terbatas karena Beijing menetapkan batas atas kapasitas penyulingan minyaknya sebesar 1 miliar metrik ton pada tahun 2025 untuk merampingkan sektor pengolahan minyaknya yang luas dan mengurangi emisi karbon.
Turunnya stok minyak mentah di AS, konsumen minyak terbesar di dunia, juga mendukung harga. Persediaan AS turun secara tak terduga sekitar 2,7 juta barel dalam pekan yang berakhir pada 20 Oktober, menurut sumber-sumber pasar yang mengutip angka-angka dari American Petroleum Institute pada hari Selasa.
Para analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan rata-rata persediaan minyak mentah akan naik sekitar 200.000 barel untuk minggu ini.
Data persediaan minyak mentah dari pemerintah AS akan dirilis pada hari Rabu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News