Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia menguat selama sepekan terakhir. Kenaikan tersebut dilihat sebagai rebound yang signifikan dari posisi terendahnya baru-baru ini.
Berdasarkan data tradingeconomics hingga Selasa (9/5), pukul 18.18 WIB, harga minyak mentah WTI di level US$ 72,39 per barel atau naik 1,05%. Sementara minyak mentah brent naik 1,28% ke US$ 76,31 per barel.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan bahwa minyak WTI telah rebound yang signifikan dari posisi terendahnya baru-baru ini, setelah penurunan tajam di awal minggu. Maklum, sebulan terakhir masing-masing harganya masih turun 9,22% dan 9,38%.
Menurut Sutopo, kenaikan ini dilatarbelakangi laporan pekerjaan dan data ekonomi positif lainnya di AS sehingga mengurangi kekhawatiran resesi. Hanya saja, masih belum jelas apakah rebound ini didorong oleh short-covering atau pembelian sebenarnya untuk mengantisipasi penurunan harga.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Dinilai Sudah Menemui Titik Equilibrium
"Jika mendapat beberapa konfirmasi mendatang akan meningkatkan prospek ke depan, terutama mengingat pengurangan pasokan yang signifikan oleh OPEC dan penurunan stok minyak AS," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (9/5).
Meski tercatat naik sepekan terakhir, harga minyak tersebut turun pada hari ini. Minyak mentah WTI turun 1,05% dan minyak mentah brent turun 0,91%.
Sutopo berpendapat, harga tidak bergerak jauh karena kenaikan baru-baru ini telah memulihkan setengah dari penurunan. Menurutnya, harga minyak dunia masih akan bertahan di atas US$ 70 per barel.
"Didorong pengurangan produksi minyak mentah Kanada setelah kebakaran hutan di Alberta menghentikan sekitar 145.000 barel per hari produksi minyak mentah dari beberapa produsen minyak mentah Kanada," terangnya.
Katalis lainnya yang akan menjaga harga minyak di level tersebut adalah tanda-tanda permintaan bahan bakar China yang lebih kuat.
Hal tersebut setelah Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China melaporkan Kamis lalu, jumlah perjalanan domestik yang dilakukan selama lima hari liburan Golden Week mencapai 274 juta, naik 19% dari tingkat pra-pandemi pada 2019 dan hampir 71% lebih tinggi dari tahun lalu.
Lalu kekuatan permintaan energi di India yang menjadi konsumen minyak mentah terbesar ketiga di dunia bullish untuk harga setelah Kementerian Perminyakan dan Gas Alam India melaporkan pemrosesan minyak mentah Maret India naik 3,1% YoY menjadi 23 MMT. Juga, impor minyak mentah Maret India naik 7,9% YoY menjadi 20,5 MMT.
Selanjutnya, penghentian ekspor minyak mentah Irak yang sedang berlangsung dari pelabuhan Turki Ceyhan memperketat pasokan minyak global dan mendorong kenaikan harga minyak mentah.
Pemerintah Turki mengatakan ingin merundingkan penyelesaian US$ 1,5 miliar yang telah diperintahkan untuk dibayar sebelum mengizinkan ekspor minyak mentah Irak dilanjutkan melalui jalur pipanya.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah: Brent ke US$76,47 dan WTI ke US$72,66 Jelang Data Inflasi AS
Ekspor minyak 400.000 barel per hari dari pelabuhan Turki di Ceyhan telah dihentikan sejak 25 Maret setelah Irak memenangkan kasus arbitrase dari Kamar Dagang Internasional yang mengatakan Turki melanggar perjanjian transit pipa tahun 1973 dengan mengizinkan minyak mentah dari wilayah Kurdi untuk diekspor tanpa persetujuan pemerintah Irak.
Selain itu, harga minyak mentah melemah oleh tanda-tanda bahwa Rusia belum memenuhi ancamannya untuk memangkas produksi minyak mentah.
Data pelacakan tanker dari Bloomberg menunjukkan ekspor minyak mentah Rusia melonjak di atas 4 juta barel per hari pada pekan tanggal 28 April.
"Rusia telah menghentikan publikasi data produksi minyak mentah dan kondensat dalam upaya untuk menyamarkan jika benar-benar memangkas produksi minyak mentah," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News