kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -8.000   -0,52%
  • USD/IDR 15.791   -57,00   -0,36%
  • IDX 7.505   -68,76   -0,91%
  • KOMPAS100 1.157   -12,64   -1,08%
  • LQ45 913   -8,80   -0,96%
  • ISSI 228   -2,59   -1,12%
  • IDX30 469   -4,51   -0,95%
  • IDXHIDIV20 564   -3,86   -0,68%
  • IDX80 132   -1,34   -1,01%
  • IDXV30 139   -1,60   -1,13%
  • IDXQ30 156   -1,23   -0,78%

Harga Minyak Dunia Naik Tipis Senin (6/11), Brent ke US$85,44 dan WTI ke US$81,14


Senin, 06 November 2023 / 15:58 WIB
Harga Minyak Dunia Naik Tipis Senin (6/11), Brent ke US$85,44 dan WTI ke US$81,14
ILUSTRASI. harga minyak


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik tipis pada hari Senin (6/11). Eksportir utama Arab Saudi dan Rusia mengatakan bahwa mereka akan tetap mempertahankan pengurangan produksi minyak secara sukarela hingga akhir tahun, menjaga pasokan tetap ketat.

Sementara itu, para investor juga tetap mewaspadai sanksi Amerika Serikat (AS) yang lebih keras terhadap minyak Iran.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 55 sen atau 0,65% menjadi US$85,44 per barel pada pukul 0700 GMT. Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di US$81,14 per barel, naik 63 sen atau 0,78%.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik, Senin (6/11), Setelah Saudi dan Rusia Pangkas Produksi

Arab Saudi mengkonfirmasi bahwa mereka akan melanjutkan pemangkasan sukarela tambahan sebesar 1 juta barel per hari (bph) di bulan Desember untuk menjaga produksi di sekitar 9 juta bph. Keputusan Saudi ini sejalan dengan ekspektasi para analis.

Rusia juga mengumumkan bahwa mereka akan melanjutkan pengurangan suplai sukarela tambahan sebesar 300.000 bph dari ekspor minyak mentah dan produk minyak bumi sampai akhir Desember.

Analis ING mengatakan dalam sebuah catatan bahwa pasar minyak akan mengalami surplus pada kuartal pertama tahun depan, "yang mungkin cukup untuk meyakinkan Saudi dan Rusia untuk melanjutkan pemangkasan."

Kontrak Brent dan WTI mencatat penurunan mingguan kedua berturut-turut minggu lalu, turun sekitar 6%.

Premi risiko geopolitik memudar ketika para diplomat AS bertemu dengan para pemimpin regional untuk membatasi risiko perang Israel-Hamas yang menyebabkan konflik yang lebih luas di Timur Tengah.

Baca Juga: Arab Saudi dan Rusia Akan Melanjutkan Pengurangan Produksi Minyak

"Pasar tidak memperhitungkan terlalu banyak risiko geopolitik pada level-level saat ini, jadi hal ini tetap menjadi risiko kenaikan utama," kata Suvro Sarkar, seorang analis DBS yang berbasis di Singapura.

Minggu ini, para investor mengamati lebih banyak data ekonomi dari China setelah konsumen minyak terbesar kedua di dunia ini merilis data pabrik bulan Oktober yang mengecewakan minggu lalu.

Analis IG yang berbasis di Sydney Tony Sycamore memperkirakan bahwa harga minyak akan digerakkan oleh berita-berita utama dari Timur Tengah dan grafik-grafik teknikal pada minggu ini.

Ia menambahkan bahwa WTI perlu bertahan di atas support di US$80 per barel pada awal minggu ini, jika tidak, harga dapat turun ke level terendah US$77,59 yang terlihat di bulan Agustus.

Sarkar memperkirakan, Brent akan tetap didukung pada US$80-US$85 per barel, mengutip berlanjutnya pengurangan pasokan, berakhirnya kenaikan suku bunga, dan jatuhnya dolar AS. Menyusul rilis data penggajian AS yang lebih lemah dari yang diharapkan pada hari Jumat.

Baca Juga: Saudi & Rusia Menegaskan Pemangkasan Produksi, Harga Minyak Naik Pagi Ini (6/11)

Pada hari Jumat, Dewan Perwakilan Rakyat AS meloloskan sebuah rancangan undang-undang untuk memperkuat sanksi terhadap minyak Iran yang akan memberlakukan langkah-langkah terhadap pelabuhan-pelabuhan dan kilang-kilang minyak asing yang memproses minyak bumi yang diekspor dari Iran jika RUU tersebut ditandatangani menjadi undang-undang.

Sarkar dari DBS mengatakan bahwa para analis masih mengamati untuk melihat apakah potensi undang-undang tersebut akan mempengaruhi ekspor minyak Iran.

Sanksi-sanksi semacam itu sering kali disertai dengan keringanan keamanan nasional, dan Cina masih dapat terus mengimpor minyak Iran.

Di AS, rig minyak turun 8 rig menjadi 496 rig minggu lalu, terendah sejak Januari 2022, perusahaan jasa energi Baker Hughes mengatakan dalam laporan mingguannya pada hari Jumat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×