Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
Isu permintaan (demand) pula yang juga menjadi alasan utama OPEC+ perlu memangkas produksi agar mengimbangi isu melalui pengurangan suplai.
Selain itu, Wahyu menambahkan, sentimen pasar juga didukung oleh data persediaan minyak mentah AS yang dirilis pada hari Kamis (1/6) oleh Administrasi Informasi Energi, yang mengindikasikan lonjakan impor minyak mentah minggu lalu.
Analis Komoditas Lukman Leong mengamati bahwa harga minyak naik lebih tinggi karena mengantisipasi pertemuan OPEC yang dijadwalkan hari ini. Pergerakan harga juga tidak terlepas dari Arab Saudi yang mengancam spekulator yang melakukan short sell.
“Selagi harga masih di kisaran wajar, OPEC akan mempertahankan produksi,” ucap Lukman kepada Kontan.co.id, Minggu (4/6).
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Migas Saat Harga Minyak Terseret Pasokan OPEC+ dan Rusia
Lukman menilai tren harga minyak saat ini masih dalam range bound, di mana harga berada diantara harga tertinggi tertentu dan terendah. Sebab, minyak didukung oleh langkah OPEC yang siap menurunkan produksi apabila harga turun jauh.
Kendati demikian, harga minyak dinilai masih susah naik terlalu jauh di tengah perlambatan ekonomi dunia. Ekonomi China yang sebelumnya diharapkan akan mendukung harga minyak, malah tidak terlalu bagus. Pergerakan harga minyak saat ini terangkat oleh rampungnya permasalahan debt ceiling dan langkah pemangkasan produksi OPEC.
Lukman memproyeksikan harga minyak WTI di akhir semester 1-2023 berada di kisaran US$ 70 per barel – US$ 75 per barel. Untuk pergerakan di akhir tahun diperkirakan sekitar US$ 75 per barel – US$ 80 per barel.
Baca Juga: Prospek & Rekomendasi Saham Migas Saat Harga Minyak Terseret Pasokan OPEC+ dan Rusia
Sementara, Wahyu mencermati pergerakan harga minyak dalam jangka pendek masih konsolidasi di kisaran US$ 60 per barel – US$ 85 per barel. Emas jelas masih sangat tertekan dalam jangka pendek – menengah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News