kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   0,00   0,00%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Begini Proyeksi Harga Minyak Dunia di Akhir 2022 dan Tahun Depan


Senin, 12 Desember 2022 / 09:57 WIB
Begini Proyeksi Harga Minyak Dunia di Akhir 2022 dan Tahun Depan
ILUSTRASI. Permintaan minyak mentah tahun depan diperkirakan akan meningkat, namun lebih pelan daripada permintaan tahun 2022 REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia cenderung terkoreksi. Melansir Bloomberg, pada Senin (12/12) pukul 09.28 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) berada di level US$ 71,28 per barel, sedikit naik dibanding harga penutupan pada Jumat (9/12) yang berada pada level US$ 71.02 per barel, yang merupakan level harga minyak terendah dalam bulan ini.

Analis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, penyebab penurunan harga minyak dunia salah satunya datang dari sentimen penurunan permintaan oleh perlambatan ekonomi global. 

Pelonggaran kebijakan lockdown Covid-19 di China juga dikhawatirkan akan meledakkan jumlah kasus dan justru bisa kembali menjadi full lockdown.

Baca Juga: Harga Minyak Rebound di Awal Pekan, Didorong Potensi Meningkatnya Permintaan China

Menurut Lukman, permintaan minyak mentah tahun depan diperkirakan akan meningkat, namun lebih pelan daripada permintaan tahun 2022, yakni di kisaran 2 juta bph. Proyeksi ini menunjukkan permintaan minyak masih akan terus melemah, sedangkan produksi AS meningkat ke rekor 12,34 juta barel per hari (mbpd). 

Kecuali permintaan dari China meningkat atau OPEC kembali memangkas produksi, maka harga minyak masih akan terus tertekan tahun depan.

“Tanpa adanya pemangkasan produksi OPEC, maka saya melihat harga minyak dunia akan berkisar di US$ 60 sampai US$ 65 per barel,” kata Lukman.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo Kwok  mengatakan, harga minyak masih dipengaruhi sejumlah sentimen. Harga minyak mentah melemah pada pekan ini, saat Aramco memangkas harga untuk harga minyak mentah utama Arab Light grade kepada pelanggan Asia untuk pengiriman Januari 2023 sebesar US$ 2,20 menjadi US$ 3,25 per barel, penurunan yang lebih curam dari ekspektasi US$ 2,10 per barel. 

Sedangkan, OPEC+ memutuskan untuk mempertahankan target produksi minyak mentah grup tidak berubah untuk Januari, sesuai dengan ekspektasi. Produksi minyak mentah OPEC pada November 2022 turun 1,05 juta bph ke level terendah lima bulan di 28,79 juta bph.

Baca Juga: Ini Penyebab Harga Minyak Mentah Dunia Cenderung Terkoreksi

Harga minyak mentah mendapat dukungan karena China mempercepat pelonggaran pembatasan Covid-19. Beijing pada hari Selasa (6/12) bergabung dengan Shanghai, Shenzhen, Guangzhou, dan kota-kota besar China lainnya dalam menghapus persyaratan pengujian Covid-19 untuk memasuki sebagian besar tempat umum, kecuali lokasi seperti restoran, bar, dan panti jompo. 

Selain itu, China melaporkan 27.164 infeksi Covid baru pada hari Senin (5/12), paling sedikit dalam 2 minggu, yang dapat mendorong pelonggaran lebih banyak lagi pembatasan Covid. 

Sementara sentimen negatif untuk harga minyak mentah di antaranya Uni Eropa dan G-7 pada awal Desember menyetujui batas harga US$ 60 per barel untuk minyak mentah Rusia. Batas tersebut akan mencegah perusahaan menyediakan pengiriman, asuransi, dan layanan terkait untuk minyak Rusia, kecuali jika minyak tersebut dijual di bawah harga batas. 
Namun, minyak mentah kelas Ural Rusia saat ini diperdagangkan di bawah US$ 60 per barel, yang berarti bahwa pembatasan tersebut tidak akan berdampak pada pembatasan ekspor minyak Rusia. 

Dalam faktor bullish, Vortexa melaporkan Senin bahwa jumlah minyak mentah yang disimpan di tanker yang telah diam setidaknya selama seminggu turun 17% secara mingguan menjadi 84,56 juta barel dalam pekan yang berakhir 2 Desember.

"Minyak mentah diperkirakan akan diperdagangkan pada US$ 83,12 per barel pada akhir kuartal ini, menurut model makro global dan ekspektasi analis. Ke depan, akan diperdagangkan di harga US$ 93,31 per barel dalam waktu 12 bulan,” kata Sutopo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×