Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak turun pada hari Rabu (23/10), setelah data industri menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) meningkat lebih dari perkiraan.
Meskipun harga minyak masih naik sekitar 2% pekan ini karena pasar terus memantau konflik yang berlangsung di Timur Tengah.
Harga minyak mentah Brent turun US$1,14, atau 1,5%, menjadi US$74,90 per barel pada pukul 12:55 GMT. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) dari AS turun US$1,10, atau 1,53%, menjadi US$70,64.
Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Tipis Rabu (23/10) Pagi, Ambil Jeda Setelah Kenaikan Kemarin
Harga minyak telah naik dalam dua sesi sebelumnya, menghapus sebagian dari kerugian lebih dari 7% minggu lalu.
Penurunan tersebut disebabkan oleh kekhawatiran permintaan dari China serta meredanya kekhawatiran terkait pasokan minyak dari Timur Tengah yang terganggu. Namun, sentimen investor berubah di awal pekan ini.
"Reli selama dua hari memakan sebagian besar kerugian 7% minggu lalu, karena pasar melihat gambaran di mana Israel akhirnya akan menyerang langsung Iran," kata John Evans, analis dari PVM.
Penurunan harga pada hari Rabu terjadi setelah data menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS naik sebesar 1,64 juta barel pekan lalu, menurut sumber pasar yang mengutip angka dari American Petroleum Institute (API) pada hari Selasa (22/10).
Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan kenaikan sebesar 300.000 barel.
Data resmi dari pemerintah AS tentang persediaan minyak akan dirilis pada hari Rabu pukul 10:30 pagi waktu setempat (14:30 GMT).
Baca Juga: IEA Sebut Asia Tenggara Perlu Investasi US$ 190 Miliar Untuk Energi Terbarukan
Namun, dampak dari peningkatan persediaan tersebut agak terbendung oleh kekhawatiran berkelanjutan tentang potensi risiko pasokan minyak yang disebabkan oleh konflik di Timur Tengah.
"Pasar terus menunggu respons Israel terhadap serangan misil Iran," kata analis ING pada hari Rabu, menambahkan bahwa penguatan harga pada hari Selasa mungkin disebabkan oleh kurangnya hasil dari kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke Israel.
Blinken mendesak penghentian pertempuran antara Israel dan kelompok militan Hamas dan Hezbollah, tetapi serangan udara Israel yang berat di kota pelabuhan Lebanon menunjukkan bahwa tidak ada jeda dalam konflik tersebut.
"Para pelaku pasar memperkirakan konflik di Timur Tengah akan berlangsung lebih lama, dengan kemungkinan kesepakatan gencatan senjata yang terhambat," kata Yeap Jun Rong, Market Strategist dari IG.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News