Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak mentah turun pada Selasa (10/12), seiring meredanya kekhawatiran dampak dari penggulingan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Namun, pasar tetap mendapat dukungan dari janji China untuk meningkatkan stimulus kebijakan, yang berpotensi mendorong permintaan dari pembeli minyak mentah terbesar di dunia.
Melansir Reuters, minyak mentah Brent turun 26 sen atau sekitar 0,4% menjadi US$71,88 per barel.
Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 30 sen, juga 0,4%, menjadi US$68,07 per barel pada pukul 07.07 GMT.
Baca Juga: Harga Minyak Turun Tipis pada Selasa (10/12) Pagi Setelah Melonjak di Awal Pekan
Kedua acuan harga ini naik lebih dari 1% pada Senin sebelumnya.
"Ketegangan di Timur Tengah tampaknya terkendali, sehingga pelaku pasar memperkirakan risiko rendah dari potensi meluasnya konflik regional yang dapat menyebabkan gangguan signifikan pada pasokan minyak," ujar Yeap Jun Rong, Market Strategist dari IG.
Di Suriah, kelompok pemberontak sedang membentuk pemerintahan baru dan memulihkan ketertiban setelah kejatuhan Assad, dengan sektor perbankan dan minyak negara tersebut diperkirakan mulai beroperasi kembali pada Selasa.
Meskipun Suriah bukan produsen minyak utama, lokasinya yang strategis serta hubungan erat dengan Rusia dan Iran membuat pergantian rezim di negara ini dapat memicu ketidakstabilan di kawasan.
Transfer kekuasaan tersebut mengakhiri perang saudara selama 13 tahun dan lebih dari 50 tahun kekuasaan keluarga Assad yang dikenal brutal.
Baca Juga: Harga Minyak Naik di Tengah Rencana Pelonggaran Kebijakan Moneter China
Pasar minyak juga memusatkan perhatian pada kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed pekan depan, yang dapat meningkatkan permintaan minyak di ekonomi terbesar dunia itu.
The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada akhir pertemuan 17-18 Desember.
Namun, pelaku pasar menunggu data inflasi minggu ini untuk melihat apakah keputusan tersebut dapat berubah.
“Pasar minyak tahun ini lebih dipengaruhi oleh narasi permintaan daripada sisi pasokan, sehingga investor cenderung berhati-hati dalam mengambil posisi spekulatif sebelum keputusan kebijakan utama dari Fed,” kata Priyanka Sachdeva, analis pasar senior Phillip Nova.
Penurunan harga minyak juga tertahan oleh ekspektasi positif terhadap ekonomi China. Laporan menunjukkan China akan menerapkan kebijakan moneter yang "cukup longgar" tahun depan — pelonggaran pertama dalam 14 tahun terakhir — untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di negara importir minyak terbesar dunia itu.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Tipis Hari Ini (9/12) Setelah Turun 3 Hari Berturut-turut
Meskipun ada harapan tinggi terhadap stimulus kebijakan yang agresif, kenaikan harga minyak mungkin tetap terbatas sampai ada kejelasan lebih lanjut tentang dampak langkah-langkah Beijing terhadap prospek permintaan minyak mentah negara tersebut, kata Yeap dari IG.
Sebagai tanda positif, impor minyak mentah China meningkat pada November dibandingkan tahun sebelumnya, mencatat pertumbuhan tahunan pertama dalam tujuh bulan terakhir.
Data ini menunjukkan pembelian yang didorong oleh harga rendah pasokan Timur Tengah dan permintaan penimbunan cadangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News