kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45918,35   -1,15   -0.13%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak Dunia Goyah Senin (13/11), Brent ke US$81,35 dan WTI ke US$77,11


Senin, 13 November 2023 / 17:02 WIB
Harga Minyak Dunia Goyah Senin (13/11), Brent ke US$81,35 dan WTI ke US$77,11
ILUSTRASI. Harga minyak mentah


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak goyah pada hari Senin (13/11), dipicu kekhawatiran baru atas berkurangnya permintaan di Amerika Serikat (AS) dan China. Ditambah dengan sinyal-sinyal yang beragam dari The Fed, membuat pasar tidak menentu.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent untuk bulan Januari turun 8 sen pada US$81,35 per barel pada pukul 0916 GMT, setelah turun US$1 pada perdagangan sebelumnya.

Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk bulan Desember berada pada US$77,11, turun 6 sen.

Baca Juga: Konflik di Timur Tengah Memanas, Investor Tarik Dana Jumbo dari Arab Saudi

Harga naik hampir 2% pada hari Jumat karena Irak menyuarakan dukungan untuk pemangkasan minyak oleh OPEC+. Tetapi turun sekitar 4% untuk minggu ini, mencatatkan penurunan beruntun selama tiga minggu untuk pertama kalinya sejak Mei.

"Investor lebih fokus pada permintaan yang lambat di AS dan China, sementara kekhawatiran atas potensi gangguan pasokan dari konflik Israel-Hamas agak surut," kata Hiroyuki Kikukawa, presiden NS Trading, sebuah unit dari Nissan Securities.

Badan Administrasi Informasi Energi (EIA) AS pada minggu lalu mengatakan bahwa produksi minyak mentah di AS tahun ini akan naik sedikit lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, sementara permintaan akan turun.

Baca Juga: Harga Minyak Tertekan di Tengah Kekhawatiran Berkurangnya Permintaan AS dan China

Tahun depan, konsumsi bensin per kapita AS dapat jatuh ke level terendah dalam dua dekade, kata EIA.

Pasar mewaspadai potensi pengetatan kebijakan AS setelah Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan pekan lalu bahwa mereka dapat menaikkan suku bunga lagi jika kemajuan dalam mengekang inflasi terhenti.

“Pernyataan The Fed yang lebih hawkish bukanlah prospek yang akan disambut baik oleh minyak mentah mengingat data terbaru di China dan AS telah membawa kekhawatiran pertumbuhan kembali ke permukaan," kata Tony Sycamore, analis pasar di IG.

Data ekonomi yang lemah minggu lalu dari China, importir minyak mentah terbesar di dunia, meningkatkan kekhawatiran akan goyahnya permintaan, dengan para penyuling meminta lebih sedikit pasokan dari Arab Saudi, eksportir terbesar di dunia, untuk bulan Desember.

Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Pada Perdagangan Awal Pekan Ini, Senin (13/11)

Pada bulan Oktober, harga konsumen China jatuh ke posisi terendah selama era pandemi, memicu kekhawatiran tentang pemulihan ekonomi negara tersebut.

Namun, jika WTI mendekati US$75 per barel, "kita mungkin akan melihat dukungan pembelian di tengah ekspektasi bahwa Arab Saudi dan Rusia akan memutuskan untuk melanjutkan pengurangan pasokan sukarela mereka setelah Desember," kata Kikukawa dari NS Trading.

Eksportir minyak utama Arab Saudi dan Rusia mengkonfirmasi minggu lalu bahwa mereka akan melanjutkan pemangkasan produksi minyak sukarela mereka hingga akhir tahun karena kekhawatiran akan permintaan dan pertumbuhan ekonomi terus membebani pasar minyak mentah.

OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, akan bertemu pada 26 November.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×