Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak turun pada perdagangan Jumat (2/5), seiring investor menyesuaikan posisi menjelang pertemuan penting OPEC+ dan mencermati peluang meredanya ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Melansir Reuters, harga minyak Brent turun 56 sen atau 0,9% menjadi US$61,57 per barel pada pukul 12:02 GMT.
Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 61 sen atau 1% ke level US$58,63 per barel.
Secara mingguan, Brent dan WTI diperkirakan mencatat penurunan sekitar 7%, yang menjadi koreksi mingguan terbesar dalam sebulan terakhir.
Baca Juga: Harga Minyak Menguat Tipis Jumat (2/5), China Buka Peluang Dialog Dagang dengan AS
Penurunan harga terjadi setelah Kementerian Perdagangan China menyatakan tengah mengevaluasi proposal dari Washington untuk menggelar perundingan guna meredakan ketegangan dagang.
Pernyataan tersebut memunculkan harapan hati-hati akan potensi de-eskalasi konflik tarif yang selama ini mengguncang pasar global.
"Ada sedikit optimisme dalam hubungan dagang AS-China, namun sinyalnya masih sangat awal," ujar Harry Tchilinguirian, Kepala Riset Grup di Onyx Capital.
"Situasinya masih dinamis, satu langkah maju, dua langkah mundur jika menyangkut kebijakan tarif."
Kekhawatiran bahwa perang dagang dapat menyeret ekonomi global menuju resesi dan menekan permintaan minyak turut membebani harga. Hal ini menjadi perhatian khusus menjelang rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi.
Baca Juga: Harga Minyak Menguat 0,6%, China Terbuka Lakukan Perundingan Dagang dengan AS
Situasi makin kompleks menyusul ancaman Presiden AS Donald Trump untuk memberlakukan sanksi sekunder terhadap negara-negara pembeli minyak Iran.
China, sebagai importir utama minyak Iran, bisa terdampak langsung dari kebijakan ini.
Pernyataan Trump itu muncul setelah AS menunda pembicaraan nuklir dengan Iran. Trump sebelumnya menghidupkan kembali kampanye "tekanan maksimum" terhadap Teheran, termasuk upaya memangkas ekspor minyak Iran hingga nol untuk menekan ambisi nuklirnya.
Pada Kamis malam (1/5), harga minyak sempat berbalik naik hampir 2% menyusul komentar Trump tersebut, menghapus sebagian kerugian yang sempat tercatat awal pekan akibat ekspektasi peningkatan suplai dari OPEC+.
Diketahui, delapan negara anggota OPEC+ dijadwalkan bertemu pada 5 Mei untuk membahas rencana produksi bulan Juni.
Reuters melaporkan bahwa beberapa anggota berencana mendorong percepatan kenaikan output untuk bulan kedua berturut-turut.
Baca Juga: Harga Minyak Anjlok, Bersiap Catat Penurunan Bulanan Terbesar sejak 2021
Sementara itu, Arab Saudi – pemimpin de facto OPEC – telah memberi sinyal kepada sekutu dan pelaku industri bahwa mereka enggan terus menopang harga dengan pemangkasan suplai tambahan.
“Dengan meningkatnya pasokan dari luar OPEC+ dan pertumbuhan permintaan global yang melambat secara struktural, kami tidak melihat titik masuk yang wajar untuk tambahan barel ini,” tulis lembaga riset BMI milik Fitch dalam laporannya.
“Pada akhirnya, kelompok ini kemungkinan harus menerima tekanan harga, terlepas dari kapan mereka mulai melonggarkan kebijakan pemotongan produksi.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News