Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Harga minyak mentah dunia rebound lebih dari US$ 1 per barel pada Selasa (6/5) pagi, didorong faktor teknikal dan aksi beli di level bawah setelah sempat anjlok akibat keputusan OPEC+ untuk menaikkan produksi.
Namun, kekhawatiran akan kelebihan pasokan (oversupply) tetap membayangi prospek harga.
Baca Juga: Harga Minyak Kompak Menguat Usai Terjun ke Level Terendah dalam 4 Tahun
Mengutip Reuters pukul 13.23 WIB, harga minyak mentah Brent crude naik US$ 1,15 ke level US$ 61,38 per barel, mengakhiri penurunan beruntun enam hari terakhir.
Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga menguat US$ 1,11 menjadi US$ 58,24 per barel.
Sehari sebelumnya, kedua acuan harga minyak tersebut menyentuh titik terendah sejak Februari 2021 setelah OPEC+ memutuskan untuk mempercepat kenaikan produksi selama dua bulan berturut-turut.
“Rebound hari ini lebih bersifat teknikal daripada fundamental,” ujar Yeap Jun Rong, analis pasar dari IG.
Ia menambahkan, "Sentimen negatif masih dominan, mulai dari perubahan strategi produksi OPEC+, ketidakpastian permintaan akibat risiko tarif AS, hingga revisi turun proyeksi harga oleh lembaga keuangan."
Baca Juga: Harga Minyak Stabil Usai Anjlok ke Level Terendah dalam 4 Tahun di Sesi Sebelumnya
Dalam enam sesi terakhir, harga minyak telah turun lebih dari 10%, bahkan anjlok 20% sejak April, sejak Presiden AS Donald Trump mengguncang pasar dengan kebijakan tarif agresif yang memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi global.
Kembalinya aktivitas pasar di China pasca libur panjang sejak 1 Mei juga memberi sedikit dukungan pada harga.
“Sebagai importir minyak terbesar dunia, pelaku pasar di China kemungkinan langsung melakukan pembelian saat harga sedang rendah,” kata Priyanka Sachdeva, analis senior di Phillip Nova.
Sinyal positif lain datang dari AS, di mana sektor jasa menunjukkan pertumbuhan yang lebih kuat dari perkiraan.
Indeks PMI non-manufaktur dari Institute for Supply Management (ISM) naik ke level 51,6 pada April dari 50,8 di Maret. Konsensus sebelumnya memperkirakan PMI turun ke 50,2.
Meski begitu, bank sentral AS (The Fed) diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga pada pertemuan Rabu (7/5), mengingat ketidakpastian ekonomi yang dipicu perang dagang dan lonjakan tarif.
Baca Juga: OPEC+ Sepakat Percepat Kenaikan Produksi Minyak 411.000 Barel per Hari di Juni 2025
Beberapa lembaga keuangan juga mulai merevisi turun proyeksi harga minyak. Barclays memangkas proyeksi harga Brent untuk 2025 sebesar US$ 4 menjadi US$ 70 per barel, dan memperkirakan harga pada 2026 berada di US$ 62 per barel.
Goldman Sachs turut memangkas proyeksi mereka sebesar US$ 2–US$ 3, dengan asumsi tambahan produksi OPEC+ sebesar 400.000 barel per hari mulai Juli.
Selanjutnya: Elang Mahkota Teknologi (EMTK) Catat Laba Bersih Rp 3,73 Triliun pada Kuartal I 2025
Menarik Dibaca: Waspadai Ancaman Siber! Begini Cara Aman Bertransaksi dengan Perbankan Digital 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News