Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat dalam tiga hari berturut-turut hingga Jumat pagi. Kekhawatiran gangguan pasokan minyak mentah global karena tekanan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa meningkat. Sementara peningkatan mengejutkan dalam persediaan minyak mentah dan bensin Amerika Serikat (AS) tak mampu mengimbangi risiko.
Jumat (28/6) pukul 7.18 WIB, harga minyak WTI kontrak Agustus 2024 di Nymex menguat 0,22% ke US$ 81,92 per barel setelah kemarin naik 1,04%. Dalam sepekan, harga minyak acuan AS ini menguat 1,47%.
Sedangkan harga minyak Brent kontrak Agustus 2024 di ICE Futures pagi ini menguat 0,31% ke US$ 86,66 per barel. Kemarin, harga minyak acuan internasional ini melonjak 1,34%. Dalam sepekan, harga minyak Brent menguat 1,67%.
Ketegangan lintas batas antara Israel dan Hizbullah Lebanon telah meningkat. Konflik ini meningkatkan kekhawatiran bahwa perang yang semakin luas dapat melibatkan negara-negara lain termasuk produsen minyak utama Iran.
Baca Juga: Harga BBM Hari Ini Juni 2024, Pertalite, Pertamax, Shell, BP Apakah Berubah?
Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan sangat prihatin dengan situasi di Lebanon dan menyerukan untuk menahan diri.
"Penularan apa pun dapat berdampak besar pada pasokan minyak mentah dari Timur Tengah," kata Ashley Kelty, analis Panmure Gordon kepada Reuters.
Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan, negaranya berdiri dalam solidaritas dengan Lebanon dan meminta negara-negara di kawasan untuk menunjukkan dukungan.
Israel menyerbu sebuah lingkungan di Kota Gaza, mengatakan kepada warga Palestina bahwa mereka harus menuju ke selatan. Pasukan Israel juga mengebom kota Rafah di selatan dalam apa yang mereka sebut sebagai tahap akhir operasi melawan militan Hamas.
Houthi Yaman menargetkan kapal Seajoy di Laut Merah dengan perahu drone dan sejumlah rudal serta drone, kata juru bicara militer kelompok yang bersekutu dengan Iran, Yahya Saree.
Milisi Houthi, yang menguasai wilayah terpadat di Yaman, telah melancarkan serangan terhadap kapal-kapal di perairan negara itu selama berbulan-bulan sebagai solidaritas terhadap warga Palestina yang memerangi Israel di Gaza.
Baca Juga: Dilema Pasokan CPO untuk Pangan dan Energi
Di Eropa, Rusia sedang mempertimbangkan kemungkinan penurunan hubungan dengan Barat karena keterlibatan AS dan sekutunya yang lebih dalam dalam perang di Ukraina. Namun belum ada keputusan yang diambil, kata Kremlin.
Menurunkan peringkat hubungan – atau bahkan memutuskannya – akan menggambarkan betapa parahnya konfrontasi antara Rusia dan Barat mengenai Ukraina menyusul meningkatnya ketegangan seputar perang dalam beberapa bulan terakhir.
Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan lonjakan mingguan stok minyak mentah sebesar 3,6 juta barel. Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penurunan sebesar 2,9 juta barel.
“Laporan EIA kemarin masih belum jelas bagi pasar saat ini karena merupakan kejutan dalam hal pembangunan yang kami lihat, dan tingkat pengoperasian kilang,” kata John Kilduff, partner di Again Capital.
Stok bensin AS naik 2,7 juta barel. Analis memperkirakan penurunan sebesar 1 juta barel.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Naik di Tengah Kekhawatiran Pasokan Timur Tengah dan Stok AS
“Saat ini kita sedang berada di puncak musim mengemudi di musim panas, menjelang akhir pekan tanggal 4 Juli, jadi jika pasar saat ini bergerak sideways, maka kita mungkin akan melihat penurunan setelah liburan akhir pekan,” kata Tim Snyder, ekonom di Matador Economics.
Di Eropa, stok bensin yang disimpan secara independen di pusat penyulingan dan penyimpanan Amsterdam-Rotterdam-Antwerp (ARA) naik lebih dari 9% dalam minggu ini hingga Kamis, menurut data dari konsultan Belanda Insights Global. Kenaikan ini menunjukkan terbatasnya ruang lingkup permintaan bensin trans-Atlantik di AS.
Sementara itu, komentar Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic dalam esai kebijakan yang dirilis pada hari Kamis menegaskan kembali ekspektasi penurunan suku bunga pada kuartal keempat tahun ini. Ekspektasi ini sejalan dengan ekspektasi investor terhadap penurunan suku bunga yang dimulai pada bulan September.
“Tentu saja tidak ada yang bisa kita percayai sehubungan dengan upaya The Fed untuk kembali menggerakkan pasar,” kata Kilduff dari Again Capital.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News