Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga minyak mencoba bangkit meskipun belum memiliki cukup tenaga. Pelaku pasar masih meragukan upaya organisasi negara-negara eksportir minyak (OPEC) untuk membatasi produksi minyak.
Mengutip Bloomberg, Selasa (1/11) per pukul 19.26 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Desember 2016 di New York Mercantile Exchange menguat 0,21% dibanding sehari sebelumnya menjadi US$ 46,96 per barel. Tapi dalam sepekan terakhir harga minyak tergerus sekitar 6%.
Analis SoeGee Futures Nizar Hilmy mengatakan, pasar meragukan rencana OPEC memangkas produksi. Keraguan ini tetap muncul meski OPEC merilis dokumen rencana jangka panjang terkait pembatasan produksi. "OPEC belum membuktikan ada perkembangan berarti," papar dia.
Apalagi, beberapa anggota OPEC menyatakan enggan memangkas produksi. Salah satunya Irak yang menyatakan produksi di September mencapai 4,7 juta barel per hari. Angka ini 200.000 lebih tinggi dari perkiraan pengamat.
Libia, Iran dan Rusia juga masih tampak enggan memangkas produksi. "Harga minyak rentan jatuh sampai ada pertemuan OPEC akhir November," lanjut Nizar.
Selain itu, dollar AS cenderung menguat, hingga menekan harga minyak. Dollar AS menguat lantaran pekan ini ada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC). Pelaku pasar mencari sinyal kenaikan suku bunga The Fed. Nizar memperkirakan harga minyak akan bergulir di antara US$ 45-US$ 50 per barel hingga pertemuan OPEC di 30 November nanti.
Deddy Yusuf Siregar, Analis Asia Tradepoint Futures, bilang, penguatan harga minyak baru bisa terjadi setelah OPEC sepakat soal rencana pengelolaan produksi minyak mentah jangka panjang. Tapi kenaikan harga tidak akan signifikan karena minyak masih terbebani potensi kenaikan produksi.
Survei Reuters menunjukkan produksi minyak OPEC di Oktober akan naik tajam jadi 33,82 juta barel per hari, dibanding 33,4 juta barel per hari di September.
Bila kesepakatan OPEC menemui jalan buntu, Deddy memprediksi harga minyak bergulir di US4 40-US$ 45 per barel. Tapi jika terjadi kesepakatan, Deddy optimistis harga minyak akan melaju ke kisaran US$ 50-US$ 55 per barel.
Hari ini, Deddy menganalisa harga minyak akan cenderung sideways di kisaran US$ 45,50-US$ 47,40 per barel. Nizar menghitung harga akan melemah dan bergerak di kisaran US$ 46-US$ 48 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News