kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,33   -7,16   -0.78%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak ambles US$ 1 per barel, impor China yang melambat jadi pemberat


Senin, 26 Juli 2021 / 16:27 WIB
Harga minyak ambles US$ 1 per barel, impor China yang melambat jadi pemberat
ILUSTRASI. Harga minyak turun US$ 1 per barel di sore ini


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak ambles US$ 1 pada perdagangan awal pekan ini karena kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar yang disebabkan oleh penyebaran varian Covid-19 serta perubahan aturan impor di China yang mengimbangi ekspektasi pasokan yang ketat sepanjang sisa tahun ini.

Senin (26/7) pukul 16.15 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman September 2021 turun 97 sen atau 1,3% menjadi US$ 73,13 per barel. 

Sementara itu, harga minyak mentah jenis Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2021 berada di US$ 71 per barel setelah turun US$ 1,07.

Kasus virus corona terus meningkat selama akhir pekan dengan beberapa negara melaporkan rekor kenaikan harian dan memperpanjang tindakan penguncian yang dapat memperlambat permintaan minyak. China, yang merupakan importir minyak mentah terbesar di dunia, juga mengalami peningkatan kasus Covid-19.

Selain itu, tindakan keras Beijing terhadap penyalahgunaan kuota impor yang dikombinasikan dengan dampak dari harga minyak mentah yang tinggi dapat membuat pertumbuhan impor minyak China merosot ke level paling lambat dalam dua dekade tahun ini. Walau pun di satu sisi, tingkat penyulingan di Negeri Tirai Bambu diperkirakan meningkat pada paruh kedua.

"Varian delta masih menyebar dan China sudah mulai menekan sehingga pertumbuhan impor mereka tidak akan sebesar itu," kata Avtar Sandu, Senior Commodities Manager Phillips Futures di Singapura, merujuk pada penyulingan independen.

Baca Juga: Harga minyak naik seiring prospek naiknya permintaan, dibayangi kenaikan kasus Covid

Permintaan Amerika Serikat (AS) yang kuat dan ekspektasi pasokan yang ketat telah membantu kedua kontrak minyak acuan ini pulih dari penurunan 7% pada Senin (18/7) lalu untuk menandai kenaikan pertama mereka dalam 2-3 minggu di pekan lalu.

Pasar minyak global diperkirakan akan tetap defisit meskipun ada keputusan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya untuk meningkatkan produksi sepanjang sisa tahun ini.

Aksi jual Senin sebelumnya juga terjadi setelah sebuah laporan oleh Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) yang menunjukkan manajer uang memangkas posisi net long minyak mentah berjangka AS dan posisi opsi dalam seminggu hingga 20 Juli.

"Pasar minyak harus terus mengalami defisit yang signifikan dalam hal penawaran versus permintaan," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM.

"Sebanyak ini akan menjaga harga di bawah harga, itu tidak berarti bahwa mereka akan reli kuat dari level saat ini. Ini karena kekhawatiran permintaan yang dipicu pandemi belum sepenuhnya kehilangan cengkeraman mereka pada sentimen pasar," pungkas Brennock.

Selanjutnya: UPDATE Corona Indonesia, Senin (26/7): Tambah 28.228 kasus baru, terus prokes ketat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×