Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - BEIJING. China kembali membuat kejutan. Kali ini, China mengaku akan membuat langkah untuk mencegah lonjakan harga komoditas. Tujuan dari rencana tersebut adalah menjaga tekanan inflasi.
Perdana Menteri China Li Keqiang seperti dikutip Bloomberg mengatakan, akan lebih banyak mencegah efek kenaikan harga komoditas bisa sampai ke ke konsumen.
Komentar itu memperkuat apa yang disampaikan minggu lalu. Perdana Menteri China sebelumnya berjanji akan memperbanyak pasokan domestik untuk menurunkan harga. Hal ini dimaksudkan untuk memperketat harga di pasar spot dan berjangka.
Baca Juga: China mempertahankan suku bunga acuan pinjaman tidak berubah 13 bulan berturut-turut
Li Keqiang juga berjanji untuk menindak spekulasi dan penimbunan. Peringatan itu akan membuat harga komoditas turun lebih jauh dan menekan harga saham perusahaan.
Harga di tingkat pabrik China naik pada laju tercepat dalam lebih dari tiga tahun pada April. Ini akan menambah risiko inflasi global dan meningkatkan kekhawatiran bahwa tekanan harga dapat menyebar lebih luas dalam perekonomian.
Inflasi konsumen sejauh ini relatif tidak berbahaya, terutama karena jatuhnya harga daging babi. People Bank of China mengatakan inflasi harga produsen kemungkinan akan stabil akhir tahun ini dan risiko inflasi impor secara keseluruhan dapat dikendalikan.
Perdana Menteri China mengatakan kebijakan moneter harus tetap stabil dan menjaga yuan tetap stabil pada tingkat yang sesuai dengan ekuilibrium. China juga akan lebih banyak memberi dukungan kepada usaha kecil melalui alat relending dan rediscounting.
Baca Juga: Dolar AS mantul setelah rilis notulensi The Fed hidupkan isu tapering, Kamis (20/5)
China juga akan menyediakan dana untuk perusahaan yang ditargetkan dengan biaya lebih rendah. China juga meminta bank lebih banyak memberikan pinjaman tanpa agunan.
"Komentar tersebut menunjukkan pihak berwenang akan menggunakan batasan administratif dan menjaga pasokan untuk mengekang harga komoditas, daripada memperketat kebijakan moneter," kata Zhou Guannan, analis Hua Chuang Securities.
"Rapat Dewan Negara juga memberikan sinyal yang jelas bahwa kebijakan moneter akan tetap stabil dan netral, dan tidak akan ketat akibat inflasi," ujar Zhou. Inflasi terutama disebabkan kurangnya pasokan tapi efek pengetatan kebijakan moneter tidak banyak berpengaruh.
Zhou berpendapat, PBOC tidak perlu mengambil langkah-langkah pengetatan langsung sekarang dan pasar obligasi tidak perlu khawatir tentang pengetatan likuiditas. Yield obligasi pemerintah 10-tahun China berada di jalur terendah sejak September 2020.
Chen Xi, analis Pacific Securities Co mengatakan, yield kemungkinan turun menjadi 2,8% -2,9%. "Faktor negatif terbesar pasar obligasi adalah kebijakan moneter yang mungkin lebih ketat karena inflasi, tapi ini telah terbukti salah," tulis Chen pada Kamis (20/5) seperti dikutip Bloomberg.
Baca Juga: Resmi sudah! China melarang perdagangan mata uang kripto
Harga komoditas logam industri kompak melemah kemarin. Harga tembaga untuk pengiriman tiga bulan turun 3,88% di US$ 10.001 per ton. Begitu juga alumunium turun 2,54% menjadi US$ 2.415 per ton. Namun harga batubara kembali ke level US$ 100 per ton pada Kamis (20/5), naik 2,83% dari hari sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News