Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara dunia diperkirakan sulit untuk bangkit hingga pengujung tahun ini. Hal ini seiring dengan lesunya permintaan batubara seiring melemahnya perekonomian akibat pandemi Covid-19.
Analis NH Korindo Sekuritas Meilki Darmawan memproyeksikan, harga rata-rata batubara acuan Newcastle di tahun ini akan berada di level US$ 58 per metrik ton. Namun, estimasi ini masih memungkinkan adanya revisi, tergantung dari kondisi harga batubara hingga kuartal ketiga 2020.
Baca Juga: Bisnis hotel Surya Semesta Internusa (SSIA) mulai pulih sejak kembali dibuka
“Namun, jika dibandingkan dengan harga di 2019, harga batubara diestimasi menurun sekitar 26% secara year-on-year ,” ujar Meilki kepada Kontan.co.id, Rabu (12/8).
Di antara saham emiten batubara, Meilki masih merekomendasikan beli (buy) saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan target harga Rp2.900. Hanya saja, kinerja emiten pelat merah ini diproyeksikan akan menurun akibat pandemi Covid-19.
Dari sisi permintaan sendiri PTBA memiliki eksposur penjualan terhadap pasar domestik yang masih cukup tinggi. Per kuartal I-2020, penjualan batubara PTBA ke pasar domestik mencapai Rp 3,34 triliun atau 65,2% dari total pendapatan.
Penurunan kinerja juga diproyeksikan bakal terjadi pada PT United Tractors Tbk (UNTR). Terlebih, Meilki mengatakan faktor dari lemahnya penjualan alat berat Komatsu di 2020 juga akan mempengaruhi kinerja entitas Grup Astra tersebut. “Hal ini mengingat alat berat Komatsu mayoritas diserap oleh sektor batubara,” sambung dia.
Baca Juga: Pandemi menekan kinerja sejumlah emiten tambang batubara di semester I
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan memangkas proyeksi total produksi batubara China untuk tahun 2020 - 2021, yakni masing-masing menjadi 3,32 miliar ton dan 3,49 miliar ton. Sebelumnya, Mirae Asset memperkirakan produksi batubara China tahun 2020 dan 2021 akan mencapai 3,47 miliar ton dan 3,78 miliar ton. Pemangkasan proyeksi volume produksi ini seiring dengan pandemi Covid-19.
Selain itu, Andy meyakini harga batubara global dapat dipertahankan pada tingkat yang wajar karena keterkaitan komoditas batubara terhadap perekonomian China cukup kuat.
Setelah memperhitungkan semua asumsi, Andy memangkas asumsi harga batubara global di 2020 dan 2021 rata-rata menjadi US$ 65 per ton dan US$ 70 per ton, masing-masing turun 7,1% dan 6,7% dari perkiraan Mirae Aseet sebelumnya.
Meskipun banyak tekanan pada harga batubara global dalam beberapa bulan terakhir (karena melemahnya permintaan di China),Andy berekspektasi permintaan batubara China akan bertahan dalam jangka menengah karena adanya investasi baru kapasitas pembangkit listrik di negeri Tirai Bambu tersebut.
Baca Juga: Harga batubara lesu, ini strategi ABM Investama (ABMM) menjaga kinerja
Dari dalam negeri, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akhirnya menyetujui revisi UU Minerba. Revisi ini akan memungkinkan para penambang, terutama pemegang lisensi Perjanjian Karya Pertambangan Batu Bara / PKP2B, untuk memperpanjang izin mereka melalui proses birokrasi yang lebih sederhana dan terpusat.
“Namun, pemerintah masih belum mengungkapkan royalti terkait dan skema pajak penghasilan perusahaan. Kami melihat bahwa revisi undang-undang ini akan menguntungkan perusahaan yang memiliki lisensi PKP2B, seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG),” terang Andy, dalam riset (8/6).
Andy memberi rekomendasi trading buy saham ADRO dengan target harga Rp 1.260, trading buy saham ITMG dengan target harga Rp 10.150, serta hold saham PTBA dengan target harga Rp 2.100 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News