Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas gas alam terus menunjukkan penguatan sejak sepekan terakhir. Kondisi cuaca yang lebih dingin di beberapa kawasan Amerika Serikat (AS) dan kenaikan permintaan ditengarai menjadi katalis positif yang menopang harga. Komoditas energi ini semakin diuntungkan dengan kejatuhan indeks dollar AS.
Mengutip Bloomberg, pada Senin (16/4) pukul 18.20 WIB, harga gas alam kontrak pengiriman Mei di New York Merchantile Exchange naik 0,73% ke level US$ 2,755 per mmbtu. Jika dibandingkan pekan sebelumnya, harganya sudah naik hingga 2,3%.
Bernstein Neil Beveridge, analis di Sanford C. Bernstein & Co, mengatakan, permintaan LNG tahunan di seluruh dunia tahun 2030 akan meningkat menjadi 579 juta metrik ton. Menurutnya, pertumbuhan konsumsi yang cepat ini juga telah memangkas kelebihan pasokan jauh cepat. Awalnya diperkirakan pasokan dan permintaan baru akan stabil pada tahun 2023, tetapi kini diperkirakan sudah bisa terwujud tahun 2021.
“Setelah periode kelebihan pasokan, sekarang telah memasuki siklus pengetatan pasar,” ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (16/4).
Menurutnya, pada 2017 saja, permintaan gas alam global telah tumbuh 12% menjadi 290 juta ton. Itu disokong oleh peningkatan permintaan China sekitar 46% dan peningkatan permintaan dari Eropa sekitar 18%. Bernstein memperkirakan kebutuhan LNG di kawasan itu bisa meningkat menjadi 80 juta ton pada 2020 dan 100 juta pada 2030.
Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka mengatakan, kenaikan harga gas alam tak lepas dari kejatuhan dollar AS. Serangan rudal AS ke Suriah akhir pekan lalu telah menimbulkan ketegangan geopolitik sehingga melemahkan dollar AS. Mengutip Bloomberg, Selasa (16/4) pukul 19.00 WIB, indeks dollar melemah 0,31% ke level 89,526.
"Dollar melemah ini menyebabkan harga gas alam naik," katanya.
Ia memperkirakan harga gas alam masih mampu mempertahankan penguatan. Selama kondisi geopolitik terus bergejolak maka indeks dollar akan berada di bawah tekanan. Sebaliknya, hal itu menguntungkan gas alam.
Secara teknikal, Ibrahim melihat, harga juga masih didukung sinyal penguatan. Bolingger band dan moving average (MA) 30% berada di atas bolingger bawah, yang mengindikasikan peluang koreksi. Namun, harga masih ditopang dengan posisi indikator stochastic, indikator moving average convergence divergence (MACD) 70% telah berada di area positif.
Pada Selasa (17/4), harga gas alam diperkirakan bergerak di rentang US$ 2.750-US$ 2.780 per mmbtu. Sedangkan, sepekan akan bergulir di kisaran US$ 2.745-US$ 2.800 per mmbtu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News