Reporter: Kenia Intan | Editor: Khomarul Hidayat
HRTA pun tidak ada strategi khusus untuk memaksimalkan peluang ini. HRTA akan memanfaatkan momentum ini dengan strategi-strategi yang telah dilakukan sebelumnya, di antaranya pengembangan jenis produk maupun design yang lebih menarik di pasar. Menurut Denny, kenaikan maupun penurunan harga emas di bisnis perdagangan perhiasan merupakan hal yang biasa.
Sementara dari sisi penjualan logam mulia, HRTA akan melakukan inovasi agar tetap menarik bagi konsumen. Misalnya dengan pengamasan tertentu sehingga konsumen bisa memanfaatkan logam mulia tersebut sebagai kado atau hadiah, di sisi lain memperluas jaringan pemasaran.
Melihat kondisi sejauh ini, HRTA optimistis bisa mencatatkan pendapatan hingga Rp 3,4 triliun di tahun 2020. Adapun pada pada akhir tahun lalu, HRTA membukukan pendapatan Rp 3,24 triliun.
Asal tahu saja, HRTA berecana memperkuat anak usahanya yang bergerak di bisnis gadai emas yakni PT Gadai Cahaya Dana Abadi (GCDA) hingga akhir tahun 2020. Keseriusan ini diwujudkan dengan penetrasi pasar ke Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
" Perizinan yang sedang kami proses untuk NTB dan NTT," kata Denny lagi. Asal tahu saja, baru-baru ini HRTA telah mengantongi perizinan dari OJK untuk wilayah Jawa Timur. Adapun GCDA juga sudah masuk ke wilayah Jawa Barat.
Sekadar infromasi, per Oktober 2020 ini HRTA telah menyerap alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 50 miliar. Penyerapan tersebut lebih banyak dimanfaatkan untuk upgrade mesin. Adapun sepanjang tahun 2020 ini HRTA sebenarnya mengalokasi capex hingga Rp 65 milar.
Selanjutnya: Hartadinata (HRTA) tetap ekspansif menambah jaringan toko dan unit gadai tahun ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News