CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Harga emas masih diprediksi masih bakal tertekan


Jumat, 03 September 2021 / 19:34 WIB
Harga emas masih diprediksi masih bakal tertekan
ILUSTRASI. Emas batangan. REUTERS/Arnd Wiegmann/File Photo


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas spot per 3 September 2021, pukul 18.55 WIB berada di angka US$ 1.815 per ons troi. Angka ini kembali naik, setelah sebelumnya berada di level US$ 1.700-an di bulan lalu.

Untuk saat ini Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf menilai, prospek harga emas masih akan cerah ke depannya, karena masih berperan sebagai safe haven di tengah ketidakpastian akibat Covid-19.

Akan tetapi, ia menilai, kalau harga emas tidak akan bisa melampaui harga tertingginya pada tahun 2020. “Kondisi ekonomi global yang membaik, yang kemudian diikuti oleh kebijakan bank sentral yang mulai mengurangi kebijakan akomodatif-nya, akan mengurangi pamor emas sebagai investasi alternatif,” jelas Alwi kepada Kontan, Jumat (3/9).

Sentimen dari kebijakan The Fed, yang akan mengurangi program pembelian asetnya sebesar US$ 120 miliar per bulannya, juga dinilai Alwi akan mengangkat nilai tukar dolar AS, karena yield obligasi AS yang diperkirakan akan mengalami kenaikan.

Baca Juga: Harga minyak ditutup naik 2% di tengah harapan pemulihan ekonomi dan pelemahan dolar

Ia menaksir, ketika dolar menguat, maka harga emas akan menjadi mahal bagi pemegang mata uang non-dolar. Selain itu, menurutnya kenaikan imbal hasil obligasi AS bisa menyebabkan investor keluar dari emas, yang notabene merupakan aset yang tidak memiliki imbal hasil.

“Belum lagi jika dot plot The Fed menunjukkan akan adanya kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan. Hal ini tentunya akan menjadi sentimen pemberat buat emas,” imbuh Alwi.

Alwi melihat, sejak menyentuh level tertingginya di angka US$ 2.074 per ons troi di tahun lalu, harga emas sudah turun sebanyak 12%, tetapi angka tersebut belum mencapai 50%-nya dari kenaikan 79%, ketika emas reli dari level US$ 1.160 di Agustus 2018, ke harga tertingginya.

Dalam hitungannya, retracement 38% dan 50% dari kenaikan harga US$ 1.160 per ons troi ke US$ 2.074 per ons troi berada di kisaran US$ 1.600 – US$ 1.709, sehingga ia perkirakan harga emas berada di kisaran tersebut.

Selanjutnya: DBS Group Research proyeksikan harga komoditas lebih tinggi di 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×