kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.904   26,00   0,16%
  • IDX 7.205   64,44   0,90%
  • KOMPAS100 1.107   12,16   1,11%
  • LQ45 879   12,29   1,42%
  • ISSI 221   1,13   0,52%
  • IDX30 449   6,77   1,53%
  • IDXHIDIV20 541   6,33   1,18%
  • IDX80 127   1,54   1,22%
  • IDXV30 135   0,55   0,41%
  • IDXQ30 149   1,80   1,22%

Harga CPO kian tergerus faktor domestik hingga eksternal


Kamis, 14 Maret 2019 / 17:18 WIB
Harga CPO kian tergerus faktor domestik hingga eksternal


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) tampaknya sulit untuk menguat sepanjang tahun ini. Tak hanya persoalan permintaan melainkan kampanye hitam dan negosiasi dagang jadi faktor pelemahan harga CPO.

Asal tahu saja, mengutip Bloomberg, Kamis (14/3) pukul 14.14 WIB, harga kontrak pengiriman Mei 2019 di Malaysia Derivative Exchange berada di level RM 2.062 per metrik ton. Angka ini tergerus 1,38% dari harga sebelumnya RM 2.091 per metrik ton. Bahkan dalam sepekan, harga CPO melorot 3,41%.

Analis Asia Trade Point Futures, Deddy Yusuf Siregar menilai terdapat tiga faktor yang menurunkan harga CPO. Pertama, faktor fundamental minyak sawit mentah itu sendiri. Dia bilang persediaan minyak sawit mentah atau CPO di Indonesia dan Malaysia naik 54,88% dibanding tahun lalu. 

“Nah, persediaan tinggi, namun bea impor di India naik. Itulah yang membuat harga jatuh di perdagangan,” ujar Deddy kepada Kontan.co.id, Kamis (14/3).

Di sisi lain, ekspor minyak sawit mentah Indonesia ke India ujga turun di tahun lalu. Sekedar informasi saja, ekspor sawit Indonesia ke India tahun 2018 mencapai 6,7 juta ton, turun dibandingkan tahun 2017 yang lebih dari 7 juta ton.

Faktor kedua yang membuat harga CPO kian tergerus, kata Deddy adalah karena kampanye hitam di kawasan Uni Eropa mengenai penggunaan CPO.

Tak hanya mengenai permintaan dan produksi, kampanye hitam juga turut menjadi alasan pelemahan harga CPO. Sekedar informasi saja, kebijakan Eropa yang memberlakukan Indirect Land Use Change (ILUC) dinilai akan berdampak pada berkurangnya ekspor biodiesel. Kampanye hitam Eropa yang mendiskriminasi produk CPO Indonesia telah menurunkan ekspor CPO ke Eropa sebesar 10%.

Faktor ketiga, yakni mengenai negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan China. Deddy bilang meski ada sinyal positif dari negosiasi perang dagang, namun pelaku pasar masih diliputi ketidakpastian. Sehingga, bagi Deddy sulit bagi harga CPO untuk naik. Kecuali permintaan stok dari negara-negara timur tengah di bulan Ramadhan nanti.

“Mendekati bulan Ramadhan nanti, permintaan biasanya naik dari negara Timur Tengah. Karena dilihat negara-negara Timur Tengah akan menimbun stok jelang libur panjang Lebaran nanti. Semoga saja bisa menolong harga CPO,” kata Deddy.

Deddy memperkirakan besok harga CPO masih akan melemah di level RM 2.070 sampai RM 2.110 per metrik ton. Sementara dalam sepekan harga CPO akan bergerak di rentang RM 2.160 sampai RM 2.000 per metrik ton.

Secara teknikal, harga CPO diakui Deddy berada di bawah garis moving average (MA) 50, 100 dan 200. Kemudian harga juga berada di titik jenuh jual yakni di indikator stochastic di area 6, kemudian area RSI juga berada di area 30 atau titik jenuh jual, dan MACD negatif. 

Semua indikator menunjukkan pelemahan lebih lanjut. Deddy pun merekomendasikan sell.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×