Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Musim rilis laporan keuangan untuk periode kuartal III-2025 telah tiba. Beberapa emiten keping biru alias blue chip sudah mulai merilis kinerja keuangan hingga kuartal III-2025.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi emiten blue chip pertama yang merilis kinerja keuangan. Hasilnya, laba bersih sebesar Rp 43,4 triliun selama Januari–September 2025.
Raihan tersebut meningkat 5,7% secara tahunan atau Year on Year (YoY). Penyokong kenaikan laba BBCA berasal dari pendapatan bunga bersih yang mencapai Rp 63,9 triliun dan pendapatan non bunga Rp 21,4 triliun.
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Emiten Properti Jelang Pengumuman Suku Bunga Acuan
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Adityo Nugoro menilai kinerja para emiten untuk kuartal III-2025 ini tidak terlalu cerita, karena selama periode Juli–September 2025 tidak ada kegiatan yang luar biasa seperti lebaran.
“Kalau stagnan itu lebih bagus daripada mengalami penurunan. Sebaiknya ditunggu saja dari sektor perbankan. Mudah-mudahan bisa stabil kinerjanya pada September,” jelasnya dalam paparan, Senin (20/10/2025).
Adityo mencermati ada beberapa sektor yang bisa mencetak pertumbuhan positif per kuartal III-2025 ini. Yakni, emiten yang bergelut di sektor komoditas emas. Ini sehubungan dengan kenaikan harga emas yang signifikan.
Dia mencermati lonjakan harga emas ini sudah tercemin dari pertumbuhan kinerja, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Bumi Minerals Resources Tbk (BRMS) selama dua tahun terakhir.
Sebagai gambaran, ANTM berhasil membukukan penjualan sebesar Rp 59,01 triliun per Juni 2025. Raihan ini melonjak 154,51% secara tahunan dari Rp 23,18 triliun per Juni 2024.
Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham Pilihan Hari Ini (22/10), IHSG Diproyeksikan Menguat
Alhasil, dari sisi bottom line, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ANTM mencapai Rp 4,69 triliun di semester I-2025. Ini melambung 202,88% YoY dari Rp 1,55 triliun.
“Harga emas melambung, kalau produk tinggi bisa mendorong kinerja emiten emas. Jadi investor bisa menantikan laporan keuangan dari emiten komoditas emas,” ucap Adityo.
Selain sektor komoditas emas, Adityo juga memproyeksikan emiten kelapa sawit alias Crude Palm Oil (CPO) juga mencetak pertumbuhan kinerja yang positif. Walaupun kenaikan harga CPO tidak sekencang emas.
Research Analyst Phintraco Sekuritas Aditya Prayoga menimpali selain sektor komoditas emas dan CPO secara musiman emiten semen dan farmasi bisanya akan membukukan pertumbuhan kinerja di kuartal III dan kuartal IV.
Menurutnya, emiten semen bisa dipertimbangkan karena mulai kuartal III dan kuartal IV penjualan semen akan cukup tinggi. Ini didorong oleh realisasi belanja pemerintah yang masif untuk membangun infrastruktur.
Kalau dicermati beberapa emiten CPO sudah menunjukkan pertumbuhan kinerja yang positif di semester I-2025 ini. Ambil contoh, PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) yang meraup pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebesar Rp 5,05 triliun atau tumbuh 35,11% YoY.
Baca Juga: Lirik Rekomendasi Saham Pilihan Hari Ini (22/10), Ada Saham Prajogo Pangestu
Dari sisi bottom line, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk TAPG mencapai Rp 1,69 triliun per 30 Juni 2025. Ini meningkat 75,31% secara tahunan dari Rp 966,34 miliar per 30 Juni 2024.
“Namun untuk sektor semen masih perlu wait and see terkait penjualan masing-masing emiten. Perlu dicermati apakah penguatan masih terjadi, kalau melemah dibanding rata-rata tahun sebelumnya maka terjadi anomali,” kata Aditya.
Untuk sektor farmasi, Aditya menilai biasanya terjadi peningkatan permintaan terhadap farmasi di kuartal III dan kuartal IV karena kondisi cuaca. Ketika memasuki musim hujan, masyarakat cenderung lebih menjaga diri melalui suplemen maupun obat-obatan.
Terakhir, ada sektor perbankan. Aditya bilang investor dapat wait and see atau mencermati kinerja emiten big bank. Secara valuasi sudah cukup menarik karena harga sahamnya sepanjang tahun berjalan ini sudah terkoreksi dalam.
“Sektor perbankan mendapatkan sentimen dari pemangkasan suku bunga Bank Indonesia, sementara bank milik pemerintah mendapat guyuran dana Rp 200 triliun dari Kementerian Keuangan,” ucapnya.
Nurwachdiah, Research Analyst Phintraco Sekuritas menambahkan saham pilihan Phintraco Sekuritas untuk emiten emas jatuh pada perusahaan yang terdiversifikasi seperti ANTM dan MDKA. Sementara untuk CPO, pilihannya ada di saham TAPG.
Selanjutnya: Asean Dorong Kolaborasi Ekonomi Kreatif di Tengah Ketegangan Geopolitik
Menarik Dibaca: Cek Tarif Iuran BPJS Kesehatan Terbaru dan Skema Pembayaran Agar Tetap Terjamin
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News