Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kehadiran pita frekuensi radio 1,4 GHz akan menjadi katalis positif bagi emiten penyedia infrastruktur telekomunikasi. Meski begitu, prospek para emiten infrastruktur telekomunikasi masih dibayangi oleh merger XL Axiata–Smartfren.
Pasalnya, para pemenang lelang membutuhkan sokongan infrastruktur untuk menggelar ekspansi.
Sekadar meningkatkan, lelang spektrum 1,4 GHz untuk regional I dimenangkan oleh PT Telemedia Komunikasi Pratama anak usaha PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI).
Regional II dan Regional III dimenangkan oleh PT Eka Mas Republik atau pengelolaan layanan internet dengan mereka MyRepublic, yang merupakan entitas usaha dari PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA).
Baca Juga: Menang Lelang Frekuensi 1,4 GHz, WIFI Bakal Gaet Dua Emiten Menara Telekomunikasi Ini
Adapun Regional I meliputi Pulau Jawa, Papua dan Maluku. Sementara Regional II terdiri dari Pulau Sumatra, Bali dan Nusa Tenggara. Terakhir, Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi masuk dalam Regional III.
Sebagai salah satu pemenang lelang frekuensi, WIFI telah menjalin kerja sama tahap awal dengan penyedia infrastruktur menara telekomunikasi yaitu PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan PT Centratama Menara Indonesia Tbk (CENT).
Direktur Solusi Sinergi Digital Shannedy Ong menjelaskan sebagai tahap awal pihaknya sudah bekerja sama dengan TBIG dan Centratama untuk pengembangan Fixed Wireless Access (WFA) yang merupakan bagian dari Broadband Fixed Access (BWA).
Shannedy menilai kerja sama ini membuka peluang bagi WIFI untuk menyewa menara milik TBIG dan CENT yang sudah ada karena manajemen WIFI tidak perlu membangun menara telekomunikasi lagi.
“Untuk biaya sewa tergantung masing-masing rentang dan wilayah. Saat ini, kami masih dalam tahap negosiasi sehingga belum bisa disampaikan untuk biaya sewa menara yang akan kami lakukan,” katanya, Selasa (21/10/2025).
Shannedy menegaskan, pihaknya tidak tertutup hanya pada TBIG dan CENT. Jika dibutuhkan, WIFI berpotensi menjalin kerja sama dengan perusahaan infrastruktur telekomunikasi lainnya seperti PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) dan Protelindo Group.
Ketika dikonfirmasi KONTAN, Direktur Keuangan Tower Bersama Infrastructure Helmy Yusman Santoso masih enggak berkomentar lebih dalam terkait kontrak TBIG dengan manajemen WIFI alias Surge.
Baca Juga: Lelang Pita Frekuensi Tuntas, Simak Prospek & Rekomendasi Emiten Telekomunikasi
“Namun secara umum dampak kehadiran frekuensi 1,4 GHz memberikan peluang tambahan untuk penyewaan kolokasi di menara-menara telekomunikasi kami yang sudah ada,” kata Helmy kepada KONTAN, Rabu (22/10).
Prospek Sektor Infrastruktur Telekomunikasi
Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menyebut frekuensi 1,4 GHz untuk pengembangan 5G Fixed Wireless Access (FWA) berpotensi menjadi katalis positif bagi sektor menara.
Menurutnya, spektrum ini ideal untuk jangkauan luas dan efisien, mendorong kebutuhan tambahan site serta kolokasi baru. Kerja sama awal, WIFI dengan TBIG dan CENT berpotensi meningkatkan tenancy ratio kedua perusahaan.
“Kerja sama awal WIFI dengan TBIG dan CENT untuk sewa menara menandai fase awal ekspansi jaringan berbasis BWA, yang berpotensi meningkatkan tenancy ratio dan pendapatan sewa kedua emiten tersebut,” jelasnya.
Namun Sukarno mencermati konsolidasi antara XL Axiata–Smartfren akan menahan laju pertumbuhan jangka pendek emiten infrastruktur telekomunikasi. Ini karena adanya rasionalisasi site dan potensi efisiensi jaringan.
Baca Juga: WIFI Menang Lelang Pita Frekuensi 1,4 GHz, Simak Prospeknya
Meski demikian, Sukarno menilai integrasi tersebut berpotensi menciptakan peluang divestasi menara di tahap berikutnya, yang bisa dimanfaatkan oleh pemain besar seperti MTEL dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TWOR).
“Secara sektoral, prospek emiten menara telekomunikasi Tanah Air masih tetap positif didorong oleh ekspansi 5G, kebutuhan fiberisasi, serta potensi kontrak baru dari pemenang lelang 1,4 GHz,” ucapnya.
Lebih lanjut, saham pilihan Kiwoom Sekuritas untuk sektor ini jatuh pada TOWR dan MTEL. Dia merekomendasikan beli TOWR dengan target harga di Rp 700 dan mematok harga MTEL di Rp 690.
Research Analyst Phintraco Sekuritas Nurwachdiah menimpali pihaknya masih menyematkan peringkat netral untuk sektor menara telekomunikasi. Namun masih ada potensi pertumbuhan karena ekspansi fiber optic dan penurunan suku bunga acuan.
“Sektor menara membutuhkan modal yang besar, dengan pemangkasan suku bunga emiten punya modal dengan bunga yang lebih rendah sehingga ada potensi re-rating dari site baru," kata dia.
Selanjutnya: Jakarta Diprediksi Kehabisan Lahan Pemakaman dalam Tiga Tahun ke Depan
Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok (23/10) Hujan Lebat di Jabodetabek, di Mana Saja?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News