Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga aset kripto Bitcoin mulai menanjak hari ini. Sebaliknya, emas yang sempat meroket pekan lalu pun mulai melandai.
Berdasarkan data Coinmarketcap, pada Rabu (22/10/2025) pukul 17.15 WIB, harga Bitcoin tercatat di US$ 108.016, naik 0,20% dalam 24 jam, meskipun masih turun 4,19% dalam sepekan.
Kenaikan harga Bitcoin terjadi seiring harga emas yang menurun. Melansir Trading Economics, pada waktu yang sama, harga emas tercatat turun 1,19% secara harian ke level US$ 4.074 per ons troi.
Analis kripto Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan, kondisi ini terjadi menjelang potensi pemangkasan suku bunga lanjutan The Fed pekan depan, 29 Oktober 2025.
Baca Juga: Aset Kripto Bitcoin dan Ethereum Masih Tertekan, Begini Prospeknya di Akhir Tahun
"Probabilitas pemangkasan suku bunga bulan ini mencapai 99%, mengonfirmasi sikap dovish The Fed terhadap kondisi ekonomi global," kata Fahmi dalam keterangannya, Rabu (22/10/2025).
Hal ini, lanjutnya, membuat kondisi likuiditas ketat yang ada di pasar investasi saat ini segera membaik dan memberikan katalis positif bagi instrumen berisiko (risk-on).
"Maka, narasi rotasi kapital dari emas ke Bitcoin sempat menarik banyak perhatian para trader dan investor kripto,” ujar Fahmi.
Ia mencermati, mengingat harga emas yang sudah mengalami lonjakan signifikan dalam beberapa pekan terakhir, penurunan suku bunga dapat membuat investor memilih merealisasikan profit.
Hal ini dilakukan investor guna memindahkan aset ke instrumen inflation hedge yang lebih berisiko, serta menawarkan potensi kenaikan menarik seiring potensi meningkatnya likuiditas, seperti Bitcoin.
Adapun saat ini, Fahmi menilai neraca keuangan The Fed (Fed balance sheet) menunjukkan belum adanya ekspansi signifikan. Yang artinya, likuiditas dolar di pasar masih ketat.
Selain itu, data Treasury General Account (TGA) menunjukkan pemerintah AS masih melakukan penarikan likuiditas dari sistem perbankan ke kas negara. Ini mempertegas kondisi pasar uang yang belum longgar.
Baca Juga: Bitcoin Butuh Pemicu Baru untuk Hindari Koreksi Lebih Dalam
Dengan begitu, Fahmi menilai meningkatnya kekhawatiran investor terhadap gejolak politik dan ekonomi global dapat memberikan dampak signifikan terhadap volatilitas pasar. Terlepas adanya potensi bullish ke depan yang cukup terbuka di instrumen berisiko seperti Bitcoin.
Maka, saat ini investor dapat mengoptimalkan strategi dollar-cost averaging (DCA) dengan fitur yang memudahkan berinvestasi aset kripto blue chip.
Menurut Fahmi, strategi DCA ini masih relevan. Mengingat, potensi terciptanya level harga tertinggi baru bagi Bitcoin dan Ethereum masih cukup terbuka, jika pelonggaran moneter AS terjadi.
"Investor dapat berinvestasi Bitcoin, Ethereum, dan kripto blue chip lainnya dalam sekali swipe melalui fitur Packs di Reku," kata Fahmi.
Selanjutnya: Bank Akan Dapat Diskon GWM 5,5% jika Turunkan Bunga dan Genjot Kredit Prioritas
Menarik Dibaca: Cek Tarif Iuran BPJS Kesehatan Terbaru dan Skema Pembayaran Agar Tetap Terjamin
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News