kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.492   42,00   0,27%
  • IDX 7.740   5,14   0,07%
  • KOMPAS100 1.202   0,02   0,00%
  • LQ45 959   0,20   0,02%
  • ISSI 233   0,05   0,02%
  • IDX30 493   0,53   0,11%
  • IDXHIDIV20 592   0,91   0,15%
  • IDX80 137   0,16   0,11%
  • IDXV30 143   0,28   0,20%
  • IDXQ30 164   0,03   0,02%

Harga CPO Dalam Tren Menurun, Berikut Saham Rekomendasi Analis


Senin, 18 September 2023 / 09:18 WIB
Harga CPO Dalam Tren Menurun, Berikut Saham Rekomendasi Analis
Menakar Tren Penurunan Harga CPO dan Dampaknya pada Kinerja Emiten Sawit


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Musim kemarau, harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) menunjukkan tren penurunan. Berdasarkan data Bloomberg, harga CPO tercatat pada level MYR 3.785 per ton pada Jumat (15/9). Angka tersebut menurun 1,17% dalam seminggu dan 1,59% dalam sebulan terakhir.

Direktur Utama Edvisor.id, Praska Putrantyo, menyatakan bahwa penurunan harga CPO belakangan ini cenderung dipengaruhi oleh meningkatnya stok minyak sawit dan penurunan ekspor sawit di Malaysia. 

Oleh karena itu, kinerja perusahaan saham CPO di Indonesia diperkirakan melambat sepanjang 2023, bahkan menurun dibandingkan periode tahun 2022.

"Tren harga CPO yang mulai datar dan berkonsolidasi di bawah MYR 4.000 per ton atau lebih rendah dibandingkan dengan harga rata-rata tahun lalu," ujarnya pada Minggu (17/9).

Baca Juga: Inilah Saham Blue Chip yang Layak Dibeli, Kinerja Perusahaan Diprediksi Meningkat

Ke depannya, prospek harga CPO akan dipengaruhi oleh harga komoditas alternatif, seperti harga minyak kedelai dan minyak biji matahari. 

Selain itu, sentimen kondisi pasokan dan stok sawit di Malaysia, serta tren permintaan dari India dan Tiongkok, sebagai importir CPO terbesar di dunia, juga akan berpengaruh.

Namun, Praska melihat beberapa perusahaan CPO yang masih menarik untuk diamati, seperti PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG). Kedua perusahaan ini memiliki valuasi yang menarik dan masih mampu mencatatkan pertumbuhan positif dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Muhammad Nafan Aji Gusta, Kepala Informasi Investasi Senior di Mirae Asset Sekuritas Indonesia, memperkirakan bahwa kenaikan harga CPO baru akan terjadi di tahun depan. 

Baca Juga: Prospek Cerah, Analis Rekomendasi Beli Saham Blue Chip Sektor Manufaktur Makanan Ini

Menurutnya, beberapa faktor yang bisa mendorong harga CPO termasuk potensi meningkatnya permintaan dari Tiongkok, India, dan beberapa negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

"Selanjutnya, mengenai potensi kenaikan harga minyak dunia sejalan dengan kebijakan OPEC+ dan juga ketegangan geopolitik di kawasan Eropa," tambahnya.

Sementara itu, analis NH Korindo Sekuritas, Cindy Alicia Ramadhania, dalam risetnya tanggal 24 Agustus 2023, berpendapat masih ada harapan untuk kenaikan harga CPO di tahun ini. Di tengah lesunya permintaan minyak sawit mentah, sentimen positif muncul dari dalam negeri terkait Program B35.

Pemerintah menerapkan penggunaan campuran minyak sawit sebesar 35% dalam bahan bakar atau biodiesel 35% (B35) mulai 1 Agustus 2023. "Hal ini dapat meningkatkan permintaan minyak sawit domestik dan dapat membantu menjaga harga CPO," lanjut Cindy.

Baca Juga: ICBP Bakal Menikmati Margin yang Lebih Tinggi, Intip Rekomendasi Sahamnya

Dari sisi cuaca, berakhirnya fenomena La Nina diharapkan dapat mendukung pemulihan operasional. Selain itu, kemungkinan munculnya fenomena El Nino pada semester II-2023, yang dikenal dengan cuaca ekstrem, juga diharapkan dapat memberi dampak positif terhadap penguatan harga.

Namun, beberapa katalis positif tersebut tampaknya belum akan cukup untuk meningkatkan kinerja perusahaan CPO secara signifikan. Sebagai contoh, kinerja PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) diprediksi mencapai pendapatan tahun ini sebesar Rp 20,43 triliun atau menurun 6,37% dari realisasi 2022 yang sebesar Rp 21,82 triliun. Laba bersih diperkirakan menurun sebesar 53,48% menjadi Rp 802 miliar.

Estimasi tersebut didasarkan pada kinerja perusahaan yang tertekan selama semester I-2023. Pendapatan AALI menurun 14,4% secara tahunan menjadi Rp 9,4 triliun dengan seluruh segmennya menunjukkan penurunan. Laba bersih AALI juga menurun 54,6% YoY menjadi Rp 367,6 miliar.

Analis Sinarmas Sekuritas, Axel Leonardo, dalam risetnya tanggal 8 Agustus 2023, juga menilai bahwa kinerja perusahaan CPO masih akan tertekan karena meningkatnya beban penjualan.

Sebagai contoh, LSIP mengalami kontraksi akibat meningkatnya pembelian Tandan Buah Segar (TBS) dan biaya pemeliharaan serta penanaman. Masing-masing meningkat sebesar 54% pada kuartal I dan 21% pada kuartal II-2023.

Baca Juga: Margin Diramal Kian Tebal, Analis Rekomendasikan Beli Saham Indofood CBP (ICBP)

Hasilnya, kinerja LSIP juga tertekan dengan pendapatan menurun 3,84% menjadi Rp 1,88 triliun. Sedangkan laba bersih menurun 78% YoY menjadi Rp 166,5 miliar.

Oleh karena itu, Sinarmas Sekuritas memproyeksikan pendapatan LSIP sebesar Rp 4,08 triliun atau menurun dari tahun 2022 yang sebesar Rp 4,58 triliun. Sedangkan laba bersih diprediksi sebesar Rp 557 miliar dari Rp 1,03 triliun.

 

Namun, Axel mengobservasi bahwa LSIP memiliki kas dan setara kas sebesar Rp 4,1 triliun. Setelah dikurangi dengan pembagian dividen sekitar Rp 350 miliar pada Juli, saldo kas akan tetap sebesar Rp 3,8 triliun, yang setara dengan 52% dari kapitalisasi pasar saat ini.

Baca Juga: Sampoerna Agro (SGRO) Optimistis dengan Prospek Harga CPO hingga Akhir Tahun Nanti

Jumlah tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan rasio kas terhadap kapitalisasi pasar rata-rata yang sebesar 20% dalam dekade terakhir. "Perusahaan ini tidak memiliki utang dalam struktur modalnya. Sehingga, ini menempatkan LSIP dalam posisi yang aman, bahkan jika perusahaan mencatatkan laba negatif," kata Axel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×