kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Harga CPO bisa bangkit usai tertekan di 2017


Sabtu, 06 Januari 2018 / 15:00 WIB
Harga CPO bisa bangkit usai tertekan di 2017


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) berpeluang moncer lagi tahun ini setelah tergelincir sepanjang tahun lalu. Tahun 2017, harga loyo. Akhir tahun lalu, harganya tertekan sekitar 10% dan berakhir di level RM 2.503 per metrik ton akibat tekanan berbagai sentimen negatif.

Deddy Yusuf Siregar, Analis Asia Tradepoint Futures, mengatakan, harga CPO sempat perkasa di awal 2017 berkat sentimen dari China. Program biodiesel B5 di Negeri Tirai Bambu ini mengerek permintaan CPO dari 2 juta-3 juta ton menjadi sekitar 10 juta ton.

Belum lagi ada peringatan Imlek dan musim pernikahan di India. Hal ini membuat harga CPO di kuartal I-2017 makin tinggi.

Namun memasuki kuartal dua, harga CPO tertekan lantaran harga minyak kedelai makin murah. Alhasil konsumen CPO beralih menggunakan minyak kedelai. Bahkan perayaan Idul Fitri di Indonesia dan Malaysia tidak mampu mengangkat harga.

Pada November lalu, CPO kembali terkena sentimen negatif. Harga CPO tertekan kenaikan bea impor minyak sawit di India yang naik dua kali lipat. "Setelah India menaikkan pajak impor ke tingkat tertinggi dalam lebih dari satu dekade, terjadi penurunan permintaan," terang Wahyu Tribowo Laksono, Analis Central Capital Futures.

Selain itu, harga CPO sendiri masih dibayangi sentimen negatif dari kebijakan parlemen Uni Eropa. Otoritas di benua biru tersebut akan mulai memberlakukan larangan masuknya minyak kelapa sawit ke wilayahnya di 2020.

Beberapa produsen CPO sejauh ini telah mulai mengantisipasi kebijakan tersebut dengan berusaha mencari produk alternatif. Hal inilah yang akhirnya menekan harga hingga lebih dari 10%.

Wahyu memperkirakan tren pelemahan harga masih berpotensi berlanjut tahun ini. Apalagi produksi CPO dari Indonesia dan Malaysia diperkirakan kembali naik. Produksi CPO Indonesia meningkat menjadi 37 juta ton dan produksi Malaysia naik menjadi 19,97 juta ton.

Sepanjang tahun ini, Wahyu memperkirakan harga CPO akan bergerak pada rentang RM 2.400–RM 3.000 per metrik ton. Ia juga melihat peluang harga komoditas perkebunan ini masuk fase konsolidasi di kisaran RM 2.600–RM 2.800 per metrik ton.

Di lain pihak Deddy melihat CPO berpeluang menguat karena harga sudah cukup rendah. "Harga saat ini bisa memicu aksi beli pelaku pasar," tambah dia. Hitungan Deddy, sepanjang tahun ini harga CPO akan bergerak di kisaran RM 2.800–RM 2.830.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×