kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga bitcoin punya prospek positif di 2020


Jumat, 13 Desember 2019 / 21:33 WIB
Harga bitcoin punya prospek positif di 2020
ILUSTRASI. Ilustrasi bitcoin. KONTAN/Muradi/2017/07/06


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga bitcoin cenderung lesu dalam beberapa waktu terakhir, CEO Indodax Oscar Darmawan menilai pelemahan tersebut masih normal bahkan stagnan. Bahkan, di 2020 prospek harga bitcoin dinilai masih cukup baik didukung berbagai sentimen positif yang ada.

Sebagai informasi, pada perdagangan Jumat (13/12) pukul 21.19 WIB, harga bitcoin berada di level US$ 7.243,68 per BTC. Pada akhir Juni lalu, harga bitcoin sempat berada di level US$ 12.733 BTC.

"Sebagai pelaku Industri aset kripto, kami melihat performa transaksi saat ini masih terbilang normal atau stagnan, terutama di sepanjang triwulan ketiga tahun 2019," kata Oscar kepada Kontan.co.id, Jumat (13/12).

Baca Juga: Jelang halving day, bitcoin bisa ke level US$ 55.000 di 2020

Oscar menjelaskan, bahwa fase tersebut terjadi dikarenakan masyarakat tengah ragu untuk membeli dan menjual bitcoinnya. Namun, dia mengasumsikan berbagai tren yang ada berdampak pada berkurangnya supply bitcoin akibat halving day.

Di sisi lain, jumlah demand juga cenderung tetap atau bertambah, alhasil supply baru yang beredar di market tidak mampu mengimbangi permintaan tersebut. Kondisi tersebut, kemudian membuat harga bitcoin akan naik kembali.

Sementara itu, kondisi ekonomi yang semakin tidak menentu akibat perang dagang ataupun perang mata uang antara China dan Amerika Serikat (AS), membuat sebagian bank sentral dunia mengambil kebijakan dovish, atau pelonggaran moneter.

Baca Juga: Waduh, kerugian akibat kejahatan mata uang kripto melonjak 150%

"Pada kondisi ini, bitcoin sebagai aset digital yang mirip dengan emas diperkirakan akan naik harganya. Untuk itu, di tahun depan tentu saja Bitcoin sangat berpotensi menjadi pilihan terbaik untuk investasi," jelasnya.

Oscar juga menegaskan bahwa faktor utama yang menyebabkan harga bitcoin kembali meroket adalah supply dan demand. Ketika demand naik, harga secara otomatis akan naik. Kondisi tersebut, bertolak belakang dengan pasar saham, sementara harga emas dan bitcoin akan meningkat di saat ekonomi melemah. Keduanya dipandang sebagai komoditas panas yang perlu diperhatikan.

Faktor fundamental yang bisa kembali memperkokoh harga bitcoin adalah momentum halving day, di mana supply bitcoin yang masuk ke pasar akan berkurang.

Baca Juga: Warren Buffett: Bitcoin itu sama dengan racun tikus

Meskipun begitu, dengan melihat tren-tren sebelumnya pergerakan harga bitcoin memang cenderung lesu sebelum halving day terjadi. Lalu, selanjutnya nilai Bitcoin akan kembali meroket dikarenakan dengan adanya halving period bitcoin di 2020.

Saat halving day, supply bitcoin baru setiap empat tahun akan mengalami pengurangan sebanyak 50 persen. Spesifiknya, nilai yang beredar setiap per 10 menit sekali saat ini akan berkurang separuhnya yakni dari 12,5 bitcoin menjadi 6,25 bitcoin. "Dengan berkurangnya nilai yang beredar, sangat besar peluang bitcoin akan melonjak secara siginifikan," ungkapnya.

Di sisi lain, tidak ada yang bisa memastikan sampai kapan peningkatan harga akan berlangsung. Namun, dukungan pemerintah dan masyarakat terhadap teknologi Blockchain, dinilai mampu menjaga potensi harga terus menanjak.

Baca Juga: China Beri Peringatan, Harga Bitcoin Sentuh Level Terendah Enam Bulan

Dia mencontohkan, ketika muncul pernyataan Presiden China Xi JinPing beberapa waktu lalu untuk mendorong masyarakat berinvestasi pada produk Blockchain, salah satunya Bitcoin.

Bahkan, tercatat pada saat itu kenaikan harga bitcoin mencapai 15%. Artinya, penilaian masyarakat yang positif akan berperan dalam menentukan pergerakan harga Bitcoin.

Di Indonesia sendiri, Oscar optimistis pada prospek aset kripto. Mengingat pemerintah juga telah mengeluarkan beberapa peraturan seperti Peraturan BAPPEBTI No. 9 Tahun 2019 tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto di Bursa Berjangka, yang bertujuan memberikan perlindungan masyarakat.

Apalagi, seiring banyaknya instansi yang mulai membangun teknologi Blockchain ataupun dukungan multipihak seperti pemerintah, maka harga bitcoin diperkirakan akan naik. Alhasil, Oscar menyimpulkan bahwa kesadaran dan rasa percaya masyarakat akan teknologi akan berbanding lurus dengan kenaikan harga bitcoin.

Baca Juga: Otoritas keuangan Singapura kembangkan pembayaran digital berbasis blockchain

Adapun sentimen yang perlu diwaspadai ke depan yakni ketika market jenuh atau dikenal dengan istilah low season. Ketika market jenuh, maka ekosistem penjualan dan pembelian Bitcoin akan stagnan.

Hal tersebut mengakibatkan harga Bitcoin statis dan menyebabkan pengguna tidak melihat bitcoin sebagai investasi aset yang bernilai tinggi.

"Untuk prediksi harga ke depan agak susah, karena bitcoin suka meloncat tiba-tiba kalau sudah turun banyak. Tapi kisaran yang harus diwaspadai dari sekarang sampai Juni nanti," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×