Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat untuk November 2024 tercatat di level 315,493, naik 2,7% dibandingkan bulan Oktober yang sebesar 2,6%. Kenaikan ini mencerminkan peningkatan harga barang dan jasa konsumsi masyarakat.
Data tersebut juga memicu spekulasi kemungkinan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh Federal Reserve dalam pertemuan FOMC mendatang.
Dampak positif data CPI mulai terlihat di pasar aset kripto. Harga Bitcoin (BTC) kembali menguat setelah sebelumnya sempat berfluktuasi.
Baca Juga: Transaksi Kripto di Indonesia Melonjak 352% hingga Oktober 2024
Pada 12 Desember 2024, Bitcoin diperdagangkan di kisaran US$ 100.000, naik 2,6% dalam 24 jam terakhir. Altcoin utama seperti Ethereum juga mencatat kenaikan signifikan sebesar 7,2%, diikuti oleh XRP (4,7%) dan Solana (5,2%) pada periode yang sama.
Kenaikan Bitcoin diiringi oleh Fear and Greed Index pasar kripto yang mencapai 76 dari 100, menunjukkan dominasi sentimen optimisme atau "greed." Jika tren ini berlanjut, Bitcoin berpotensi menembus level psikologis di atas US$ 104.000, melampaui rekor tertinggi sebelumnya yang dicapai pekan lalu.
CEO Indodax, Oscar Darmawan, menilai data CPI ini membawa angin segar bagi pasar kripto.
"Data CPI yang sesuai ekspektasi memberikan dorongan positif, terutama dengan optimisme terhadap kebijakan suku bunga yang lebih longgar dari Federal Reserve," ujarnya dalam siaran pers, Jumat (12/13/2024).
Baca Juga: Harga Bitcoin Berpotensi ke US$ 200.000 di Tahun 2025, Ini Sentimen yang Menopangnya
Menurut Oscar, kenaikan harga Bitcoin juga mencerminkan meningkatnya minat institusional terhadap aset kripto. Menurutnya, investor institusional mulai memahami pentingnya Bitcoin dalam portofolio mereka, yang menunjukkan pergeseran pandangan terhadap pasar keuangan tradisional.
Oscar menekankan pentingnya pemahaman masyarakat terhadap teknologi blockchain. "Ketika lebih banyak orang memahami manfaat Bitcoin dan blockchain, adopsi akan meningkat secara alami," jelasnya.
Ia juga mencatat bahwa potensi pemotongan suku bunga oleh The Fed dapat mendukung tren kenaikan aset berisiko seperti Bitcoin. Namun, ia mengingatkan agar tetap waspada terhadap volatilitas pasar.
"Fear and Greed Index yang tinggi menunjukkan optimisme, tetapi aksi jual dapat terjadi seiring meningkatnya kepercayaan pasar," jelasnya.
Baca Juga: Aksi Profit Taking Bitcoin Usai, Fokus Pasar Menanti Rilis Data Inflasi AS
Oscar juga menyoroti pentingnya regulasi yang mendukung pertumbuhan aset digital. Menurutnya, tegulasi yang jelas dan proaktif akan menciptakan ekosistem yang sehat bagi perkembangan aset kripto, baik di Indonesia maupun secara global.
Dengan momentum positif saat ini dan kebijakan moneter global yang kondusif, Bitcoin berpeluang mencetak rekor baru dalam waktu dekat.
Selanjutnya: Harga Minyak Bersiap Catat kenaikan Mingguan Pertama dalam Tiga Pekan
Menarik Dibaca: Hujan Turun Merata di Siang Hari, Ini Prediksi Cuaca Besok (14/12) di Jawa Timur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News